Salah

0 0 0
                                    

Setelah hari itu, aku dan Juan kembali berkomunikasi. Hampir setiap hari, Juan menjemputku di jam pulang kerjaku. Kemudian Juan mengajakku makan malam lalu mengantarku pulang. Kadang, kami membeli makanannya dan dibawa pulang, kemudian menikmatinya bersama dengan Julia.

Juan sangat menyayangi Julia. Dan Julia sangat nyaman saat berada di dekat Juan. Beberapa kali Juan menginap di tempatku, karena Julia meminta dibacakan cerita sebelum tidur.

Saat akhir pekan, Juan seringkali mengajakku untuk menonton pertandingannya. Kadang aku turut membawa Julia, kadang Julia harus di jemput oleh ayahnya.
Untuk beberapa waktu, aku bahagia.
Hidupku seperti kembali berwarna. Juan mencintaiku dengan caranya yang sangat sempurna.
Ia memandangku dengan tatapan penuh makna. Seringkali ia berkata "ah, wajahmu begitu sempurna" saat sedang bertatap muka.
Juan senantiasa mengapresiasi segala bentuk pencapaian ku. Juan bisa merangkup menjadi sahabat, teman, saudara, penasihat, penyemangat dalam waktu yang sama.

Seringkali aku akhirnya memutuskan untuk menjauh darinya. Sebab aku tak ingin merusak niat baik yang sedang diusahakannya. Namun Juan terus memintaku untuk dekat dengannya.

"Seperti katamu soal hati yang hanya bisa mencintai satu kali, ketahuilah bahwa bukan hanya dirimu yang memiliki hati." Ucap Juan.

"Aku tahu rasanya hidup bersama dengan orang yang tidak benar benar menginginkan kita. Jangan sampai wanitamu turut merasakannya. Pergilah Juan. Tinggalkanlah kenangan yang selama ini memberatkan langkahmu. Pergilah dan bawalah lembaran yang baru. Isi lagi dengan tinta cinta kalian berdua. Buatlah cerita dan kenangan antara kau dan dia. Berikan kebahagiaan untuk dirinya, sebab ia berhak untuk itu semua." Jelasku.

"Aku akan berjalan dengan sisa tenaga yang aku punya. Aku akan berusaha mencinta dengan serpihan hati yang masih ada. Sebab kau telah lebih dulu mencurinya, dan menyatukannya dengan hati yang kau punya. Jika semudah itu melupakanmu, maka sudah kulakukan sejak dulu. Tak perlu aku menangisi kepergianmu. Tak perlu aku merasa sendu tiap kali melewati jalan bekas rumahmu dulu. Kau tak pernah menjadi milikku, begitupun aku yang tak pernah bisa menjadi milikmu. Oleh sebab itu, kau tak berhak mengatur apapun atas pilihan di hidupku." Juan menjawabku.
"Aku memilihmu, dan akan selalu begitu" lanjutnya.

"Juan, aku sungguh berbahagia atas kebahagiaanmu. Tapi untuk melihatnya dengan mata kepalaku, aku tidak akan mampu. Aku tidak setangguh dirimu, aku tidak sekuat dirimu. Kau harus tau, saat kau berbahagia, aku bisa merasakannya lebih darimu. Apakah kau ingin menghukumku? Apa kau ingin aku merasakan kepedihanmu saat itu?" Ujarku.

"Tidak. Aku hanya butuh dekat denganmu. Aku hanya ingin terus terhubung denganmu. Sebab kau seperti udara yang melegakan pernafasanku. Saat kau tiada, aku tercekat. Kau adalah satu satunya alasan semangat hidupku. Terlebih untuk menjalani hidup yang bukan inginku, aku butuh kehadiranmu." Jelas Juan.

"Kau hanya perlu waktu. Wanitamu akan menyembuhkanmu. Percaya padaku, akan tiba waktunya kau tak akan lagi mengingatku, sebab kau temukan kebahagiaan yang baru." Aku terus meyakinkan Juan.

Aku merengkuh tubuhnya. Membenamkan wajahku di dadanya. Ia memelukku erat. Merintih agar Tuhan memberhentikan waktu Nya.

"Aku tak ingin ini berlalu" lirihnya.

"Jadilah milikku, Syahnia. Pergilah bersamaku." Racaunya.

Aku terdiam menikmati setiap deru nafasnya. Mendengar degup jantungnya yang memanggil namaku disetiap detaknya.
Aku menengadahkan wajahku ke arahnya, Juan meletakkan kedua tangannya ke kedua pipiku.

"Kau tak pernah tahu betapa aku mencintaimu." Ucapnya lirih.

"Aku tahu. Dan tidak ada kebahagiaan lain selain merasa dicintai olehmu." Jawabku.

"Sekarang, pergilah. Sebagaimana aku meninggalkanmu kala itu, lakukanlah hal yang sama padaku. Jangan khawatir, semua akan baik baik saja. Kau akan bahagia dan aku akan kembali hidup seperti biasa." Ujarku padanya.

Juan mengecup bibirku mesra. Kemudian ia berkata "datanglah di hari pernikahanku nanti, sebagai bukti kau benar benar ingin aku pergi."

"Untukmu, akan kulakukan sebisaku." Jawabku.

Cinta PertamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang