gin feeling

476 47 12
                                    

.
.
.

Gin memejamkan mata sejenak, mencoba menenangkan diri. Ingatannya kembali pada masa-masa indah bersama Rion dan Caine, saat mereka masih tertawa dan berbagi cerita tanpa beban.

Semua kenangan itu kini terasa begitu jauh dan tak terjangkau.

Ia menarik napas dalam-dalam, berbisik pelan, "Tuhan, bukakan jalan untuk mereka bersama, ku mohon."

Flashback Off

.
.
.

Happy Reading

.
.
.

Hari yang indah di kediaman Chana. Pagi ini, Caine kedatangan tamu tak diundang, Gin, sahabat lamanya.

Caine tengah sibuk di dapur memasak sarapan, sementara Gin bermain dengan Resha di ruang tamu.

"Wiuuuu!" Tawa Resha menggelegar di seluruh rumah.

Caine keluar dari dapur sambil membawa segelas teh. "Ini, minum dulu," tawarnya kepada Gin.

"Makasi, Caine," ucap Gin sambil menerima gelas itu. "Hari ini nggak sibuk emang?"

Gin menggelengkan kepalanya. "Enggak, capek kerja mulu. Lama juga nggak ketemu Resha."

Caine tersenyum hangat melihat keakraban Gin dengan putrinya. "Senang bisa lihat kalian main bareng. Resha juga pasti senang ada Om Gin di sini."

Gin tersenyum lebar, lalu menggendong Resha yang masih tertawa riang. "Gimana kamu sama Rion?" tanyanya sambil melirik ke arah Caine yang kini kembali sibuk menyiapkan sarapan.

Caine terdiam sejenak, kemudian menjawab dengan suara lembut, "Aku nggak tahu, rasanya aku udah nggak pengen punya hubungan apa-apa sama dia."

Gin mengangguk perlahan, mencoba memahami perasaan sahabatnya. "Aku ngerti, Caine. Kadang, menjauh adalah cara terbaik untuk sembuh."

Caine tersenyum pahit. "Iya, mungkin. Tapi tetap aja ada rasa bersalah dan penyesalan. Aku cuma mau Rion bahagia, meski bukan dengan aku."

Gin menepuk bahu Caine dengan lembut. "Kamu udah melakukan yang terbaik. Jangan terlalu keras pada dirimu sendiri. Fokus aja ke Resha dan kamu sendiri."

Caine menghela napas, merasa sedikit lega mendengar kata-kata Gin. "Yaa, itu kayanya pilihan yang tepat, ayo sarapannya udah siap."

Gin tersenyum lalu menggendong Resha. " Mamii eca lapell." Ucap Gin.

Caine tersenyum melihat keakraban antara Gin dan Resha. "Haha, cini-cini."

Gin membawa Resha ke meja makan, lalu mendudukannya di kursi anak. "Mami masak apa hari ini?" tanyanya sambil membantu Resha duduk dengan nyaman.

Caine tertawa kecil. "Ada nasi goreng, telur dadar, dan sedikit sayuran. Semoga suka."

Resha mengangguk antusias, meskipun mungkin dia belum sepenuhnya mengerti apa yang diucapkan. "emm, mmamam~," katanya dengan suara kecil yang ceria.

Gin tertawa dan mencubit pipi Resha dengan lembut. "Cantiknya om udah laper? "

Caine menyiapkan makanan untuk Resha, " Sini Resha mami suapin " Caine duduk disebelah Resha menyuapi putrinya itu sedangkan Gin duduk dimeja makanan menyantap makanan disana.

Resha dengan senang hati membuka mulutnya setiap kali Caine menyuapinya.

"Nyam nyam," gumam Resha sambil menikmati makanannya. Caine tersenyum lembut, menikmati momen kebersamaan ini.

Gin, sambil menikmati nasi goreng dan telur dadar, mengamati Caine dan Resha dengan senyum puas di wajahnya. "Enak banget, Caine. Nasi gorengnya juara," puji Gin.

CHANA'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang