.
.
."Terima kasih banyak sudah membantu hari ini," kata Caine.
"Sama-sama, Caine. Sampai jumpa besok di kantor," jawab Rion sambil melambaikan tangan.
Caine melambaikan tangan kembali dan masuk ke rumahnya dengan Resha di gendongannya. Sesampainya di dalam, Caine menidurkan Resha yang sudah sangat mengantuk. Setelah memastikan putrinya tidur nyenyak, Caine duduk di sofa dan merenungkan hari yang telah dilewatinya.
“ Rion Kenzo, sifatnya masi sama kaya dulu. . . . “
.
.
.Happy Reading
.
.
.Dua laki-laki gagah itu berdiri di balkon rumah mereka, dengan rokok di masing-masing tangan dan beberapa botol minuman di meja dekat mereka.
"Gin, kayanya gue tertarik sama orang," ucap Rion sambil menyesap rokok di tangannya.
Gin tertawa sejenak. "Anak baru itu kan, siapa namanya? Caine Chana?" ucap Gin dengan nada remeh.
"Hmm, tau aja lo," balas Rion.
"Ingat apa kata orang tua lo," peringat Gin.
"Persetan omongan mereka," balas Rion lalu melempar rokoknya ke bawah.
Gin mengangkat alis, memperhatikan Rion dengan serius. "Lo yakin mau ngelawan mereka? Lo masih inget kan apa yang terjadi terakhir kali lo ngelakuin itu."
Rion mengangguk mantap. "Gue udah capek diatur-atur. Gue pengen hidup dengan pilihan gue sendiri."
Gin mendesah, lalu menyesap rokoknya dalam-dalam. "Yah, gue harap lo tau apa yang lo lakuin." Gin menundukkan kepalanya, berusaha menyembunyikan kekhawatirannya. "Gua ga akan biarin lo nyakitin dia untuk kedua kalinya," ucap Gin dalam hati.
Suasana di balkon menjadi hening sejenak, hanya terdengar suara angin malam dan embusan napas mereka. Gin merenungkan kata-kata Rion, memikirkan masa lalu dan apa yang bisa terjadi selanjutnya.
"Lo serius banget, Gin," kata Rion sambil tertawa kecil, berusaha meredakan ketegangan.
Gin menghela napas panjang. "Gue cuma gak mau lihat lo bikin kesalahan yang sama. Kalau lo bener-bener serius sama Caine, lo harus siap buat ngelindungin dia dari semua omong kosong yang bakal datang."
Rion menatap sahabatnya. "Lo ngeraguin seorang Rion Kenzo?."
Gin memutar bola matanya malas. "Terserah. Tapi inget, jangan main-main sama perasaan orang lain."
___________________________________________
Flashback On
"Caine, kamu siap ketemu orang tuaku? Percaya sama aku, mereka baik kok," ucap Rion mencoba meyakinkan kekasihnya itu.
Caine menggelengkan kepalanya, "Aku takut, Rion," ucapnya lirih.
Rion mengusap tangan Caine dengan lembut, "Tenang, ada aku," katanya penuh keyakinan.
Mereka berdua melangkah masuk ke rumah besar keluarga Rion. Caine merasa gugup, namun kehadiran Rion di sisinya memberinya sedikit keberanian. Saat mereka masuk, mereka disambut oleh kedua orang tua Rion yang duduk di ruang tamu.
Rion memperkenalkan Caine dengan senyuman.
"Ma, Pa, ini Caine. Pacar Rion," kata Rion dengan bangga.
Orang tua Rion, Tuan dan Nyonya Kenzo, menatap Caine dengan tatapan dingin.
Ayahnya berdiri dari kursinya dan menatap Caine dengan tajam.
"Kekasihmu, Rion? Sejak kapan kamu berhubungan dengan laki-laki?" suaranya terdengar tegas dan penuh ketidaksetujuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHANA'S
Fanfiction" Caine Chana. . .? " - TNF - RionCaine - Bromance - BXB - Fanfict - Fictional