Jangan lupa vote dan komen!!!
🍁🍁🍁
"Yudistira?"
Yudhis menoleh, didepan pintu tampak Baskara yang sedang membawa sebuah selimut.
"Papa."
"Apa yang kamu lakukan dikamar adikmu?"
Yudhis mengernyit, apa pemuda dalam foto itu yang dimaksud papanya? Tapi sejak kapan dia memiliki adik seperti pemuda itu?
"Adik?"
Baskara mengangguk, tangannya sibuk merapikan tumpukan selimut di laci bawah ranjang putra bungsunya.
"Papa lupa memberi tau kalian, apa kamu ingat saat papa masih bekerja di perusahaan milik tuan Varo?"
Yudhis mengangguk, memang sedari dulu kakeknya itu selalu menyuruh semua putranya untuk kerja di perusahaan orang lain alih-alih di perusahaan miliknya sendiri. Menyuruh anak-anaknya menjadi budak korporat terlebih dahulu sebelum menjalankan perusahaan miliknya sendiri. Katanya sih biar anak-anaknya tau cara memanusiakan manusia.
Yudhis bersyukur karena ia dan Harsa tidak disuruh demikian oleh kakeknya.
"Tuan Varo sebenarnya sudah menjadi rekan kerja kakekmu, dia memiliki seorang putra, dan itu adikmu, putra bungsu papa." Ujar Baskara menjelaskan, wajah pria matang itu terlihat senang, dan kemudian kembali seperti semula, bahkan ada guratan kesedihan diwajahnya.
Yudhis menyadari hal itu, pemuda itu meletakkan figura kembali ke atas nakas. "Lalu dimana sekarang dia?"
Baskara menggeleng, "papa juga tidak tau, dia pergi dari rumah tiga hari sebelum hari kelulusannya, dan sampai sekarang belum juga ada yang tau kabarnya."
"Gara-gara apa?" Tanya Yudhis penasaran.
"Ah, itu kesalahan papa yang tidak teliti." Jawab Baskara sembari tersenyum sendu.
Pria itu kemudian melangkah keluar dari kamar putranya, meninggalkan kamar dengan bau Citrus yang mulai memudar.
"Apa papa tidak pernah meminta bantuan pada kakek untuk mencarinya?" Tanya Yudhis yang berjalan dibelakang Baskara, kedua lelaki itu hendak menuju ke ruang makan.
"Papa belum melakukannya, tapi kakekmu pernah menelepon papa-" Baskara sontak teringat saat ayahnya menelpon dirinya perihal Nata-nya.
Baskara menoleh kebelakang, "dimana sekarang kakekmu?"
"Rusia."
🍁🍁🍁
Seorang pria tua duduk santai disofa sembari menonton televisi, benar-benar bersantai tanpa ada beban.
"Axel." Panggil pria itu pada asisten pribadinya yang berdiri tak jauh darinya.
"Perlihatkan cucu bungsuku." Titahnya setelah asistennya itu berada disampingnya.
Axel mengangguk mengiyakan, dirinya segera menyerahkan sebuah iPad yang sudah tersambung pada rekaman cctv.
Brandon, pria tua tiga anak dua cucu. eh ralat, tiga cucu itu tersenyum tipis melihat kegiatan cucu bungsunya di kampus."Cucu bungsuku memang manis, tak seperti cucuku yang lain, datar dan kaku seperti patung pancoran."
Brandon mengetuk-ketukkan jemarinya diatas meja, maniknya menerawang ke depan beberapa menit sebelum bibirnya tersenyum sinis.
"Axel, cari kelemahan cucu bungsuku!" Titah Brandon yang langsung diangguki oleh Axel, tidak ada pilihan lain bukan selain menuruti.
"Dan mari kita lihat, seberapa kuat cucuku bertahan hidup sendirian."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐈'𝐦 𝐕𝐢𝐣𝐞𝐧𝐝𝐫𝐚! [On Going]
Teen Fiction𝐋𝐚𝐩𝐚𝐤 𝐁𝐫𝐨𝐭𝐡𝐞𝐫𝐬𝐡𝐢𝐩⚠️ Tentang Baskara yang ingin keluarga kecilnya harmonis seperti harapannya. Tentang Harsa yang berusaha berubah dan selalu ada untuk adiknya. Dan Nata, yang berusaha untuk melakukan semuanya sendiri. "Nata bisa send...