Suara mobil bergemuruh kencang. Kami pun sampai di bandara dan langsung menginjakkan kaki disana. Ayah kami, tidak bisa berlibur lagi kali ini. Ia mendapat pekerjaan mendadak disaat ia mendapat jatah cuti selama satu bulan penuh.
"Makasih ya semua, udah nganterin Ayah sampai bandara dengan selamat" ucap Ayah menatap kami berenam sembari membawa koper-koper nya. Kami semua hanya mengangguk sebagai jawaban 'iya' untuk itu.
"Ayah juga minta maaf, karena tidak sempat menuju makam Alex kemarin. Maafin Ayah ya...." sambung Ayah.
"Udah Ayah, ga usah bahas itu lagi. Kejadian itu emang kecelakaan dan bukan salah Alsean juga Ayah" ucap Askara dengan wajah nya yang tersenyum melihat ku.
Archel mengernyitkan alis nya lalu menatap Askara dengan tatapan tajam nya.
"Bukan salah dia? Itu kan salah Alsean, orang dia yang ninggalin Alex sendirian biar dia selamat. Dasar egois"
"Be calm, Sean. Ini mungkin bukan episode bahagia mu" batin Alsean memelas.
"Itu bukan salah Sean, bang. Itu emang kecelaka—"
Belum sampai Askara berucap tiba-tiba langsung disela dengan Archel.
"Lo kok jadi belain dia si As? Kan kematian Alex emang salah dia, bodoh" celetuk Archelion sembari mengerutkan alis nya lebih tajam, bahkan tajam nya melebihi pisau sampai-sampai hati seseorang bisa terbelah dua jika melihat nya.
"Udah-udah, jangan buat keributan disini. Ayah paling benci jika kalian bertengkar dan saling menyalahkan" kata Ayah dengan tatapan khas nya.
Archel dan Bagaskara pun saling menjauh dan tidak lagi berbincang selama beberapa menit.
"Sudah dulu ya, penerbangan Ayah setelah ini. Kalian semua harus hati-hati dan jaga kesehatan ya!" ucap Ayah dengan lembut sembari berjalan menuju pasport train ticket machine.
"Ayah juga jaga kesehatan yaa!" teriak Firseil dan Alvaren bersamaan sembari melambai-lambaikan kedua tangan mereka.
🪐🪐🪐🪐🪐🪐🪐🪐🪐🪐🪐🪐🪐🪐🪐🪐🪐🪐🪐🪐🪐🪐
-----------------------------------------------------------------------------------
SKIP PERJALANAN KE MOBIL MEREKA!
-----------------------------------------------------------------------------------
🪐🪐🪐🪐🪐🪐🪐🪐🪐🪐🪐🪐🪐🪐🪐🪐🪐🪐🪐🪐🪐🪐Saat berada di mobil, semua sunyi dan sepi. Tidak ada satu pun salah satu dari kami yang berbincang. Hanya terdengar suara gercitan ban mobil yang sedang berputar.
Tiba-tiba saja, tubuh Sean menjadi lemas tak karuan. Rasanya seperti kelelahan karena disuruh bekerja siang malam tanpa henti.
Tubuh Sean kali ini benar-benar panas dan berdetak cepat jantung nya."Badanku lemes banget, aku harus cari alasan buat pergi ke dokter" gumam Alsean dalam hati nya sembari berpura-pura tidur sejenak supaya ia tak dicurigai oleh kelima saudara nya itu.
Sepulang dari bandara, Sean langsung meminta izin untuk kerja kelompok di rumah temannya yang bernama Artha dan Khasan. Ia sebenernya ingin menuju rumah sakit untuk memeriksa keadaannya.
🪐🪐🪐🪐🪐🪐🪐🪐🪐🪐🪐🪐🪐🪐🪐🪐🪐🪐🪐🪐🪐🪐
-----------------------------------------------------------------------------------
SKIP PERJALANAN KE RUMAH SAKIT!
-----------------------------------------------------------------------------------
🪐🪐🪐🪐🪐🪐🪐🪐🪐🪐🪐🪐🪐🪐🪐🪐🪐🪐🪐🪐🪐🪐"Jadi gimana bun? apa saya ada penyakit?" tanya Sean kepada dokter itu. Dokter itu bernama Dokter Anne, namun Sean lebih nyaman memakai panggilan Bunda Anne daripada dokter.
"Jadi gini ya, sayang. Dulu saat kamu kecelakaan kereta dulu, kamu memiliki luka di sekitar paru-paru kamu, itu yang menyebabkan lama-lama kanker kamu tumbuh dan sekarang sudah stadium tiga" ucap Bunda Anne sembari menatap Sean dengan wajah khawatir melihat kondisi Sean saat ini.
"Kamu juga harus cuci darah dua hari sekali ya, Sean. Ada saudara mu yang tau jika kamu sedang sakit dan merasa lemas tadi sayang?" tanya Bunda Anne khawatir.
"Ga ada yang tau Bun.... Sean takut Sean bakal beban in mereka dengan anak penyakit an kayak Sean ini..." jawab Sean sambil menundukkan kepala nya.
"Sean.... Bunda cuma mau bilang, kalo kamu ga rajin cuci darah, maka stadium kamu bakal bertambah dan kamu tak akan dapat melihat dunia lagi, sayang"
"Baik Bunda, Sean bakal rajin cuci darah kok" ucap Sean. Tiba-tiba, Sean terkejut saat ia sedang dipeluk erat dengan Bunda Anne dan mulai menangis di saat itu juga.
"Bunda cuma ga mau kehilangan kamu sayang.."
🎀🎀🎀🎀🎀🎀🎀🎀🎀🎀🎀🎀🎀🎀🎀🎀🎀🎀🎀🎀🎀🎀
-----------------------------------------------------------------------------------
STOP. U CAN BREATH IN HERE!
-----------------------------------------------------------------------------------
🎀🎀🎀🎀🎀🎀🎀🎀🎀🎀🎀🎀🎀🎀🎀🎀🎀🎀🎀🎀🎀🎀Beberapa minggu berlalu, Sean memiliki pilihan yang sudah ditentu nya sekarang. yaitu, memilih untuk mati dengan cepat.
"Aku akan memilih untuk segera meninggal dan menyusul adik ku, Alex!"
KRING!! KRRINGG!!
Suara telfon berdering nyaring di kamar Sean. Ia segera mengangkat nya dan mendengar bahwa yang menelfonnya yaitu Bunda Anne.
"Sayang... kenapa ga cuci darah?... Bunda khawatir kamu kenapa-napa sayang.... Ayo cuci darah dulu, sebelum hal buruk terjadi, Sean....."
"Sean udah buat pilihan Bunda, Sean bakal ikhlasin Diri Sean dan bakal menyusul Alex di atas sana dan tenang selamanya!"
"Sean gak boleh bilang gitu... Sean masih bisa selamat kok... Bunda percaya, Sean anak kuat... Sean gak boleh bilang kayak gitu ya..."
"Alsean bakal baik-baik aja kok Bunda, untuk sekarang, Sean bener-bener ingin meninggal dan meninggalkan kehidupan ini"
"Kalo emang itu pilihan Sean sekarang... setidaknya Bunda harus periksa kemungkinan berapa hari lagi Sean bakal meninggal...."
"Oke Bunda, Sean berangkat!"
🪐🪐🪐🪐🪐🪐🪐🪐🪐🪐🪐🪐🪐🪐🪐🪐🪐🪐🪐🪐🪐🪐
-----------------------------------------------------------------------------------
SKIP PERJALANAN KE RUMAH SAKIT!!
-----------------------------------------------------------------------------------
🪐🪐🪐🪐🪐🪐🪐🪐🪐🪐🪐🪐🪐🪐🪐🪐🪐🪐🪐🪐🪐🪐"Sayang, kamu cuma punya tiga hari sebelum kamu meninggal sayang..." ucap Bunda menatap Alsean khawatir.
"Wah beneran Bund? Asyikk habis ini Sean bakal menghilang dari dunia!!"
"Se, Sean... hiks..... hiks....."
"Eh eh? Bunda jangan nangis dongg, nanti cantik nya Bunda hilang gimana? Ayo Bunda ga boleh nangis" Sean merayu manja Bunda Anne agar menenangkan dirinya terlebih dahulu.
"Nanti jangan lupain Bunda ya sayang... hiks.. hiks... Bunda bakal kangen kamu nanti.... hiks..."
"Kalo Sean ada salah, maafin semua kesalahan Sean ya, bunda..."
Tiga hari pun berlalu, Sean sudah menitipkan pesan kepada Bunda Anne dan menyuruh Bunda Anne agar memberitahu kematian diri nya.
"Mama... Alex... Alsean pulang..."
KRING!! KRING!!!
Suara telfon dari ruang tamu terdengar nyaring sekali. Telfon itu diangkat oleh Archel yang tengah membaca novel nya beserta Askara yang mendengarkan.
"Halo... ini dengan keluarga Sean, ya? Saya punya berita buruk..."
KIWWW UDH SELSAI REVISII NICHH! TINGGAL NERUSIN BAB TERAKHIRRR AWOAKOWKWKWKWK! SENANGGG BETT GILAAA!
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐇𝖾ꭑρ𝗂𝗌 𝐇υ𝗃α𐓣 [REVISI]
FanfictionTEMBUS 500 READER YOKK!! яαη∂σмℓу υρ тιмє! °❀⋆.ೃ࿔*:・ Hempis Hujan [AU ANGST] BoEl Story (Boboiboy Elemental) Little Fanfic ૮ ˶ᵔ ᵕ ᵔ˶ ა "Sean kecil istirahat dulu ya" 𝐇𝐀𝐒𝐈𝐋 𝐂𝐈𝐏𝐓𝐀 𝐌𝐔𝐑𝐍𝐈 : @starll4_lunette ˚ ༘'✦ ˑ ִֶ 𓂃⊹ Hᨵׁׅ℘ꫀׁׅܻ Yᨵׁ...