Seminggu kemudian setelah perkelahian antar Jean dan Vino sebagai Guru dan murid sekaligus pemer ks aan Jean pada Gea, sekolah berlangsung seperti biasa lagi. Masalah antara Jean, Vino dan Gea terselesaikan oleh pihak sekolah. Jean tetap mengajar seperti biasa, namun Vino dikeluarkan oleh pihak sekolah, sepertinya itu hal wajar karena Jean sendiri adalah anak dari pemilik sekolah tersebut.
Saat ini bel istirahat berbunyi, siswa siswi keluar kelas untuk mengisi perut mereka.
"Ge, Lo ke kantin sendiri aja ya, gue mau ke ruangan pak Jean," kata Disa.
"Ngapain sih ke sana terus Dis, mending makan aja yuk," bujuk Gea, ia tidak mau sahabatnya menjadi korban Jean juga seperti dirinya, ia tidak mau itu terjadi pada Disa.
"Udah sana makan sendiri, lagi pula gue udah bikin bekel buat pak Jean yang ganteng," ucap Disa tersenyum-senyum.
"Ya udah aku pergi duluan ya Dis," ujar Gea lalu melangkah pergi.
"Tangan aku kotor banget bekas tinta pulpen yang bocor tadi, aku pergi ke toilet dulu deh," ucap Gea melihat telapak tangan dan jarinya berwarna hita karena tinta.
Gea berjalan menuju toilet untuk mencuci tangannya yang terkena tinta pulpen yang bocor saat menulis tadi.
Dia menggunakan sabun dan menggosok-gosok tangannya agar kotoran tinta ditangannya hilang. "Tintanya udah kering, susah banget ilangnya," dumelnya.
Grep.
Seseorang memeluknya dari belakang, lalu membantu membersihkan tangannya.
“Pak Jean?”
"Lepas pak," pinta Gea sambil menoleh ke belakang.
"Kangen Ge... Udah beberapa hari ini kamu hindari aku tau."
"Pak, bisa gawat kalo ada yang masuk toilet, mereka bisa salah paham," ujar Gea panik.
Jean membilas tangan Gea yang sudah bersih dengan air, lalu menarik Gea masuk ke dalam bilik toilet.
"Phakk," jerit Gea lalu mulutnya dibungkam tangan besar pria itu.
"Stttt... ada orang masuk," bisik Jean.
Gea menatap panik Jean yang duduk santai di atas kloset, ia sampai tidak sadar jika tubuhnya dipeluk Jean yang yang tengah mengambil kesempatan dalam kesempitan.
Jean menikmati raut muka Gea yang panik, ia mendaratkan tangannya pada pan, tat sintal gadis itu lalu mere masnya.
Gea mend sah kecil, "Nghhh pak..."
Posisi dirinya saat ini membuatnya sangat terang sang, Jean menenggelamkan wajahnya pada dada dan kedua tangan pria itu mer emas bok ong besarnya.
Jean menarik Gea agar duduk di pangkuannya, lalu membuka kancing seragam gadis itu. Jean heran kenapa reaksi Gea hanya diam saja, biasanya gadis itu pasti akan meronta kabur.
"Tumben diem," bisik Jean padan telinga Gea.
Wajah Gea memerah, lalu ia mendorong kepala Jean dari dadanya yang mencuat. "Awas pak jangan dii sep... ga ada susunya."
Jean tersenyum lalu dikala mengh sap dada kenyal Gea, ia mengh sapnya kuat seperti bayi yang kehausan. "Slurph slurpp..."
"De sah aja, udah ga ada orang," kata Jean memberitahu.
"Nghhh pak Jean aahhh lepass... ini sekolahan pak banyak orang disini."
Namun tampaknya Jean tidak peduli dan terus menyicipi dada Gea dengan nikmat. Gea menatap Jean, pipi pria itu tampak penuh melahap buah dadanya.
"Nghhhh aahh Jeann udahh geli banget aawhhh."
"Dia pengen masuk ke sarangnya lagi Gea," kata Jean sambil menggerakkan badan Gea agar bat, angnya mengg sek kewanitaan Gea.
KAMU SEDANG MEMBACA
JeanGea
Romance"Seharusnya kamu juga berpenampilan seperti ketua kelas yang teladan." "Maksudnya pak?" tanya Gea bingung. "Baju kamu kekecilan Gea, apa su su kamu yang kegedean?" ujar Jean lalu masuk ke dalam kelas.