Warn: mature content 18+
~~~
Sejak kecil, Leehan sudah biasa bermain sendiri. Temannya pun bisa dihitung dengan jari. Papa dan Leehan dulu tinggal di satu rumah yang sedikit terpencil, jauh dari tetangga. Meskipun rumahnya besar, tentu ia merasa bosan kalau hanya bermain mobil-mobilan yang dibelikan papa sepulang kerja. Di rumah dia hanya ditemani pembantu, dan para pengawal pribadi yang ayah sewa untuknya. Mama kandungnya sudah meninggal saat ia baru bisa berjalan—itu yang papa katakan padanya.
Sebenernya di sekolah dia punya beberapa teman yang suka bermain dengannya. Tapi kalau sudah pulang dari sekolah, maka dia akan bermain dengan mobil-mobilan lagi. Leehan bosan dengan mobil-mobilan, maka papa menggantikannya dengan ikan-ikan lucu yang sampai sekarang menjadi hewan favoritnya.
Apakah dengan ikan saja dia sudah cukup?Tentu jawabannya tidak. Rasa kesepian masih ada apalagi kalau mendengar cerita teman-teman di sekolah yang membanggakan saudara saudari mereka. Leehan iri.
Maka pada saat itu, Leehan yang masih duduk di bangku kelas 1 Sekolah Dasar, dengan lantang berteriak pada papanya ingin mempunyai saudara. Awalnya papa tidak setuju. Dia menolak keras dan mengatakan tidak akan menikah lagi. Tapi entah bisikan apa yang meluluhkan hati papanya, tepat tiga bulan pada hari ulang tahun Leehan, papa mengenalkannya pada seorang wanita yang terlihat cantik. Meskipun masih cantikan mama. Wanita itu membawa seorang anak kecil yang terlihat lebih tinggi darinya. Kata papa, mereka berdua sebentar lagi akan menjadi bagian dari keluarga mereka.Pernikahan papa dan mama tirinya berlangsung lima bulan kemudian. Dia dan anak laki-laki yang dibawa wanita itu menjadi dekat. Dia adalah Taesan. Beruntunglah mereka berdua baik, tidak seperti ibu tiri jahat yang ada pada kebanyakan sinetron.
Barulah saat Leehan menginjakkan kakinya di sekolah menengah pertama, mereka pindah ke rumah yang sekarang, sejak saat itupun papa mama lebih sibuk di Paris mengurus pekerjaan mereka. Tapi yang terpenting dia sudah punya seorang kakak yang ada bersamanya. Dalam suka maupun duka, selalu mau menemaninya kapanpun ia butuh. Hingga perasaan itu tumbuh sedikit demi sedikit begitu saja, tanpa disadarinya.
Tapi sekarang ia sudah yakin dengan perasaannya sendiri yang sudah tertanam entah sejak kapan. Dan dia tidak ingin sendiri lagi seperti saat kecil.
"Leehan!!"
Panggilan itu menyadarkan Leehan dari lamunannya. Ia mengerjap beberapa kali, menatap kearah Taesan yang terlihat sudah rapi dengan pakaiannya.
"Ayoo cepat!! Kita harus menjemput papa dan mama!!" Katanya tergesa sambil mondar-mandir mencari kunci mobil. Ngomong-ngomong Taesan memang bisa mengendarai mobil, tapi ia malas membawanya dan lebih sering numpang di motor Leehan kalau sekolah.
Untuk sesaat, Leehan lupa kalau hari ini adalah hari kepulangan orang tua mereka. Padahal baru kemarin dia yang mengingatkan Taesan untuk menjemput papa mama sore ini. Leehan rasanya tidak ingin percaya. Kenapa tiga hari terasa cepat. Dan kenapa mereka harus pulang secepat ini?
"Apa yang kau pikirkan Leehan? Ayo cepat!!"
"Ahh... okee"
____
Sekarang mereka sudah kembali lagi sehabis menjemput papa dan mama dari bandara. Suasana rumah kembali ramai. Mereka saling bertukar cerita selama mereka tidak bertemu. Papa yang paling antusias bercerita—menyombongkan diri kalau dia sering berkencan dengan mama di beberapa kota di Paris. Taesan yang akan selalu menanggapi cerita papa, membalas beberapa cerita yang tak kalah menarik. Mama sedang memasak, dan Leehan hanya mendengarkan saja kedua laki-laki didepannya. Tapi matanya tak bisa untuk berpaling sebentar saja dari kakaknya. Kenapa malam ini, kakaknya tampan sekali?.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stepbrother | Gongfourz
Diversos"Leehan itu udah kayak uang. Gak bisa ditinggalin kalo kemana mana" Warn!! •Umur tokoh beda sama aslinya yaa •Cerita ini cuman ide dari pemikiran aku (bukan kehidupan asli tokoh) •ini lapak bl, buat yang homophobic jangan dibaca yaa Kalo cerita ini...