~~~
Cahaya matahari yang masuk melewati celah itu memaksa Leehan untuk membuka matanya. Ia berusaha memfokuskan retinanya pada sekitar yang sedikit buram, lalu perlahan pandangannya mulai jelas. Dia terdiam sebentar sambil mengumpulkan nyawanya, kemudian menguap kecil.
Chupp
Kecupan di bahu Leehan membuatnya tersadar sepenuhnya. Ia hendak berbalik tapi sebuah tangan memeluknya erat dari belakang sambil mengusap-usap perutnya pelan, perlahan sampai ke dada. Ohh ia baru ingat, semalam dia benar-benar dihabisi oleh Taesan entah seberapa lamanya.
Rona merah tiba-tiba menjalar di permukaan wajahnya. Mengingat adegan panas semalam membuatnya malu dan ia langsung menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut. Taesan terkekeh di belakangnya lalu ikut masuk sepenuhnya kedalam selimut.
"Selamat pagii" sapanya mesra dekat telinganya Leehan. Dengan refleks Leehan menjauh karena merasa geli.
"Kau tidak mau membalas sapaan ku?"
"Selamat pagi juga...sudahlah menjauh sana!!"
Meski disuruh menjauh, tetapi Taesan tetap pada pendiriannya untuk menempeli Leehan seperti permen karet. Rambut Leehan yang sedikit lepek—bekas keringat semalam, Taesan ciumi tanpa henti. Moodnya sedang baik pagi ini. Perasaannya membuncah senang membuat perutnya terasa dipenuhi kupu-kupu yang terbang. Kalau di animasi, mungkin sudah banyak bunga-bunga bermekaran di sekitar wajahnya.
"Sudahlah Taesan, jangan menempeliku terus" Leehan menyibak selimutnya sampai dada, lama-lama sesak juga kalau dikerubungi selimut terus-menerus, "kita harus sekolah" lanjutnya.
"Apa harus?" Taesan bertanya dengan satu alis yang terangkat, "aku tidak yakin kamu bisa berjalan dengan kaki mengangkang nanti"
Leehan menyumpah serapahi Taesan dalam hatinya. Kenapa laki-laki itu santai sekali mengatakan hal itu. Leehan sendiri sudah malu mendengarnya. Kalau Leehan bisa, ingin sekali dia menjahit mulut kakaknya ini.
Ahh... Bicara soal kakak Leehan tiba-tiba merenung, memikirkan sesuatu yang membuatnya sedikit tak nyaman.
"Taesan... Apa yang akan kita lakukan ke depannya?"
Taesan terdiam sebentar merapikan rambut Leehan yang sudah memanjang. Sebenernya dirinya juga tidak tau akan seperti apa kehidupan mereka nanti ke depannya. Tapi yang pasti ia akan tetap berusaha agar mereka tetap bersama meskipun nanti ia harus banyak berkorban. Taesan ingin dirinya dan Leehan tetap bahagia, dan ia akan selalu memastikan hal itu terjadi. Semoga saja...
"Jangan pikirkan itu dulu. Kita pikirkan yang sekarang saja"
"Baiklahh.. tapi Taesan..a-akuu.. ingin mandi"
"Nanti sajaaa~~" Taesan semakin mengeratkan pelukannya, masih nyaman dengan posisinya sekarang.
"Singkirkan tanganmu aku ingin mandi!!"
"Baiklah"
Setelah pelukan Taesan terlepas, Leehan bangkit dari tidurnya. Selimut yang tadi dipakai kini ia lilitkan di tubuhnya tanpa melirik sedikitpun ke arah Taesan karena laki-laki itu masih telanjang. Apalagi sekarang tidak ada kain yang menutupi Taesan karena selimut itu ia gunakan sendiri.
Baru satu langkah Leehan berjalan, rasa nyeri dibawah sana kembali muncul. Pinggang nya terasa remuk dan ia kesusahan berjalan. Melihat itu Taesan menawarkan diri untuk membantunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stepbrother | Gongfourz
Acak"Leehan itu udah kayak uang. Gak bisa ditinggalin kalo kemana mana" Warn!! •Umur tokoh beda sama aslinya yaa •Cerita ini cuman ide dari pemikiran aku (bukan kehidupan asli tokoh) •ini lapak bl, buat yang homophobic jangan dibaca yaa Kalo cerita ini...