"Ha..., capek!" keluh Haerin seraya menghela napasnya.
Dia baru saja pulang dari kerja, ia merebahkan dirinya di kasur tanpa mengganti pakaiannya terlebih dahulu dan belum sempat mandi. Matanya kini telah terlelap menuju ke alam mimpi.
Keesokan paginya, Haerin seperti biasa berangkat ke kantor polisi lalu pulang lebih awal karena jadwalnya tidak ada lembur. Haerin menenteng tas belanja dari minimarket. Dia sudah sampai di depan apartemen miliknya, lantas ia masuk ke dalam.
Ia membeli beberapa bahan-bahan makanan. Setelah menata rapi, Haerin kembali keluar untuk bertemu dengan Yujin di kafe. Sesampainya di sana, ia langsung duduk di meja yang kosong bersama Yujin.
Mereka asik mengobrol hingga larut malam. Dengan kantuk yang berat Yujin dan Haerin memutuskan untuk pulang ke rumah.
Haerin segera masuk ke dalam gedungnya. Tak lama kemudian ia sudah sampai ke lantai apartemen miliknya. Ia tak sengaja melihat Mark yang sedang di baluti beberapa perban di tangannya. Mark tengah bersusah payah untuk membuka apartemennya.
Haerin kemudian menyapa seraya menampilkan senyuman senang. "Eh hai, Mark!"
Mark menoleh ke arahnya dengan tersentak kecil lantas membalas senyuman Haerin. "Hai juga, nona Helena!"
Melihat Mark yang kesusahan mencari kunci apartemen Mark. Haerin pun berinisiatif membantu. Hal itu pun di setujui oleh Mark. Pintu pun terbuka.
"Terimakasih, nona Helena. Mau mampir dulu?" tawarnya yang diangguki oleh Haerin.
"Ayo masuk." ajaknya seraya berjalan ke arah saklar lampu.
Setelah lampu hidup, Haerin duduk di sofa. Mark pun menuju ke dapur untuk mengambil minuman dan beberapa makanan ringan untuk dikonsumsi.
Mark datang membawa nampan, lantas ia meletakkan nampan di atas meja. "Ayok di minum sama makan, nona Helena,"
"Maaf merepotkan, sebenarnya aku cuma mau liat kondisi anda." balas Haerin tak enak, Haerin kemudian meminum air yang sudah dihidangkan oleh Mark.
Mark terkekeh kecil lantas menjawab. "Terimakasih ya, jarang-jarang ada yang mau jengukin saya."
Mereka pun bercanda dan mengobrol santai di apartemen Mark. Padahal ini sudah larut malam. Haerin kemudian berpamitan dengan Mark, ia kembali ke apartemen miliknya. Setelah itu melempar acak tasnya. Haerin kemudian menjatuhkan dirinya di kasur empuk miliknya.
ᕙ📝ᕗ
Haerin menatap ke arah berkas-berkas yang menumpuk. Dia ingin sekali membakar semua berkas-berkas itu tapi itu hanya sebuah keinginan. Netranya kemudian tak sengaja menangkap sebuah berkas berwarna biru. Berkas itu berisi tentang beberapa kasus yang beberapa kasus pembunuh yang terjadi di sekitar apartemennya.
Haerin mengambil berkas itu, lantas membaca berkas itu dengan teliti. Setelah 15 menit ia membaca, ia meletakan kembali berkas itu. kemudian Haerin pergi ke arah polisi yang lain— Kang Taehyun.
"Permisi, bagaimana hasil otopsinya?" tanya Haerin menatap Taehyun.
"Besok baru keluar." jawabnya tanpa mengalihkan pandangannya, Taehyun tampak fokus pada layar komputer.
Haerin kemudian melenggang begitu saja. Dia kembali duduk di tempatnya. Ia sedang melamun memikirkan beberapa orang yang dijadikan sebagai tersangka. Ciri-ciri yang dijabarkan oleh Mark adalah dia tinggi sekitar 180-an, berjenis kelamin laki-laki, dan bule.
Tiba-tiba sebuah notifikasi membuyarkan lamunan Haerin. Haerin segera mengambil ponselnya dan membaca sebuah pesan dari seseorang yang tak lain adalah tetangganya—Mark.
Dalam pesannya, Mark mengatakan akan membuat pesta. Dia hanya mengundang temannya yang bernama Yeonjun, Yeri, dan dirinya. Haerin menimbang-nimbang ajakan Mark. Malam ini ia tak memiliki jadwal lembur jadi ia langsung menerima ajakannya.
"Permisi!"
Pintu pun terbuka memperlihatkan seorang pria berusia 25 tahun itu. Mark menatap kehadiran Haerin dengan senyuman sumringah.
"Ayok masuk, teman-teman ku menunggu!"
Haerin mengangguk lantas masuk ke dalam apartemen. Ia melihat Yeonjun yang sedang sibuk memakan cemilan dan Yeri yang keasyikan berfoto-foto dengan makanan yang ada. Yeonjun dan Yeri menatap ke arah Haerin.
Mereka tersenyum, namun perasaan Haerin aneh dengan senyuman milik Yeonjun. Bukan karena senyuman yang manis menghiasi wajah tampan miliknya. Tapi, senyuman yang menyeramkan. Haerin langsung saja mengalihkan pandangannya pada Yeri yang sedang mengajaknya berbicara.
"Eh, Helena, ayo minum bir ini!" tawar Yeri seraya menyodorkan segelas bir, Haerin menggeleng kepalanya.
"Tidak deh, aku tidak mau mabuk-mabukan dulu," balasnya membuat Yeri dan Yeonjun mengernyitkan keningnya.
"Aku membawa coklat untukmu, Helena, karena malam ini dingin sekali jadi aku buatkan ini saja." ujar Mark yang membawa 4 gelas minuman coklat.
Haerin kemudian mengambilnya lantas meminumnya. Mark, Yeri, dan Yeonjun menatap ke arah Haerin. Haerin merasa aneh dengan sikap mereka.
"Cepat habiskan nanti kamu kedinginan," titah Yeri.
Haerin kemudian meneguknya kembali sampai habis. Mereka bertiga menatap Haerin dengan senyuman puas. Haerin mengernyitkan bingung. Tiba-tiba saja kerongkongannya terasa panas, detak jantungnya berdetak sangat kencang dari pada biasanya. Panas di kerongkongan begitu panas. Perutnya sakit. Haerin tergeletak dengan masih memegang lehernya. Ia menatap mereka untuk meminta tolong. Namun, mereka menatap Haerin dengan senyuman yang merekah di wajahnya.
"Polisi sialan, selamat tinggal." ujar Yeri lantas menendang perut Haerin. Haerin merasakan ngilu luar biasa di perutnya.
Dia sudah tak tahan lagi, ia segera menutup matanya gelap menjemput nya. Hal yang ia sesali adalah, ia baru sadar ternyata pelaku dibalik pembunuhan yang terjadi akhir-akhir ini adalah perbuatan mereka. Mark ternyata berpura-pura menjadi korban nyatanya ialah pelakunya.
••
Update sekarang karena hari Minggu kemarin gak update. Hahah gak jadi double update
KAMU SEDANG MEMBACA
𝘎𝘪𝘷𝘦 𝘮𝘦 𝘢 𝘤𝘩𝘢𝘯𝘤𝘦 | Haerin NewJeans
FantasiaBercerita tentang kisah seorang gadis bernama Kang Haerin tentang kehidupan pertama nya yang sangat menderita. Dari dirinya memiliki penyakit TBC, dan mengalami kelumpuhan sejak ia lahir. Sehingga membuat nya tidak di pedulikan oleh orang tuanya lag...