Perangan sekawan : Rasa yang menggelitik raga
-"Jalma angkara mati murka."
⚠️ Warning! ⚠️
Cerita ini mengandung bias sejarah dan tidak berikatan dengan sejarah yang sesungguhnya.
- > .•. < -
Bagaimana cara mendeskripsikan perasaan ini?
Bingung, marah, terkejut, senang, dan takut. Apa kira-kira istilah yang tepat untuk menggabungkan semua hal itu dalam satu istilah?
Bingung dan terkejut, untuk si gadis gila Runa yang tiba-tiba muncul di hadapannya tanpa permisi dan poin minusnya bertambah karena dengan gamblangnya berkata bahwa ia menyukai Aji, saudaranya sendiri. Pun dengan emosi marah karena Runa menyuruhnya untuk menjauhi pria jangkung itu. Pertanyaannya, bagaimana bisa kau menjauhi seseorang yang selalu menjadi support system-mu selama ini?
Lalu, perasaan senang dan ... takut. Baginya, perasaan senang hanyalah sekadar jembatan penghubung antara marah dan takut. Perasaan senang muncul karena Azura memberitahunya pasal sang Ibu Permaisuri yang memberikan ultimatum bahwasanya beliau ingin bertemu dengan salah satu anaknya di bangsal manis, sehingga mau tak mau Asya tak lagi bertatap muka lebih lama dengan gadis bersurai lurus itu. Bak jembatan kayu yang rapuh, perasaan senang yang dianalogikan sebagai jembatan kayu itu tak bertahan lama, karena setelahnya dipaksa terjatuh ke dalam liang gelap karena tak sanggup menahan beban. Dan liang gelap itu dianalogikan sebagai rasa takut.
Kanjeng Ratu Ratimaya memiliki peran besar dalam emosi terakhir yang dirasakan Asya malam ini. Wanita paruh baya yang terkenal dengan kebaya hijau nan ikonik itu memintanya untuk bertandang ke bangsal manis, hal yang jarang sekali terjadi.
Langkah kakinya yang terseret-seret itu terasa berat dan rapuh, ia ingin memutar haluan ketimbang harus bertemu dengan Kanjeng Ratu di bangsal manis. Berbincang empat mata dengan wanita paruh baya yang eksistensinya sangat dikenali di wilayah Jogja itu selalu membuatnya gemetaran dan takut. Kanjeng Ratu Ratimaya memang tidak pernah kasar secara fisik, namun untuk urusan sindir-menyindir dengan dalih 'mengingatkan', wanita itu tak pernah gagal untuk memberikan ingatan yang membekas.
Namun, alih-alih bertemu pandang dengan Kanjeng Ratu Ratimaya, ia malah tak menemukan seorangpun di tempat itu. Sunyi dan senyap, Asya bahkan bertaruh bahwa beberapa menit yang lalu tidak ada seorangpun yang menyentuh kawasan itu.
Ia tidak tahu ingin menyalahkan siapa. Wanita itu yang terlambat untuk bertemu dengannya, atau memang Azura yang membuka kebohongan padanya?
KAMU SEDANG MEMBACA
リ Paradigma: TIRTA
Historical FictionTirta artinya air. Tirta dapat menyesuaikan diri pada tempat apapun yang dapat menampung, tidak berasa, dan tidak berwarna. "Banyu semilir mlayu nang etan." Kata orang-orang dahulu, air selalu mengalir ke arah timur. Padahal faktanya, air selalu men...