Perangan enem : Perihal bunga dan coklat
-
"Becik ketitik, ala ketara."
⚠️ Warning! ⚠️
Cerita ini mengandung bias sejarah dan tidak berikatan dengan sejarah yang sesungguhnya.
- > .•. < -
Sepi.
Hal pertama yang muncul di benaknya kala ia menjajakan kaki di koridor sekolah dengan langkah yang tergopoh-gopoh. Biasanya para manusia berseragam akan memenuhi koridor saat jam-jam istirahat, namun karena sekarang adalah waktunya menerima materi, maka sepinya koridor dapat dimaklumi oleh pemuda dengan oniks secoklat ranting eboni itu.
Brakk!!
Sepasang netranya menatap nyalang ruangan dengan nuansa putih yang memenuhi mata, lalu arah pandangnya menangkap satu sosok yang tengah melamun di samping ranjang, lalu satu lagi yang tengah bersandar pada bantal yang menjadi penopang.
Sontak ia membawa daksanya untuk mendekat pada seseorang yang menjadi penyebab utama otaknya yang berisik. Keningnya berkerut kasar, kemudian berhenti kala dirasa radiusnya mencukupi untuk berbincang.
"Di mana Runa?"
Gadis yang tengah melamun tadi tersentak, lalu mengangkat satu alisnya. "Lo telat."
"Udah pergi?" tanyanya dengan ekspresi keheranan.
"Ten minutes ago, maybe?"
Air mukanya berubah, kini lengosan kesal mengalun di sela-sela percakapan mereka. "Lo tau, minta izin sama guru killer nggak semudah membalikkan telapak tangan."
"That's none of my bussiness, Kalandra." Si lawan bicara mengedikkan bahu. "Kejar sebelum cewek lo suicide di rooftop sekolah."
"Jaga ucapan lo."
"Lo baperan," selorohnya dengan seringaian tipis, lalu menegakkan tulang belakangnya yang terasa pegal karena terlalu banyak menunduk. "Tapi gue nggak bohong, cewek lo pasti lari ke rooftop."
"Gue bakal balik bawa parang kalau ucapan lo nggak terbukti."
"Then you should go to prove my words."
KAMU SEDANG MEMBACA
リ Paradigma: TIRTA
Ficción históricaTirta artinya air. Tirta dapat menyesuaikan diri pada tempat apapun yang dapat menampung, tidak berasa, dan tidak berwarna. "Banyu semilir mlayu nang etan." Kata orang-orang dahulu, air selalu mengalir ke arah timur. Padahal faktanya, air selalu men...