9

864 110 30
                                    

Happy reading

        

       

"Gue baru sadar. Lo ternyata manis juga. Gue suka."

Kalimat yang Jammie ucapkan membuat jantung Jenova berdebar semakin kencang. Ia tak menyangka seorang Jammie akan mengatakan hal semanis itu padanya. Ia tersanjung. Namun dalam hati ia berusaha menyangkal bahwa pemuda itu mengatakannya dengan sungguh-sungguh.

Beberapa saat diam seraya mengamati Jenova, Jammie menjauhkan tubuhnya dari pemuda itu. Ia berjalan menuju kompor seraya bersedekap.

"Masakan lo udah mateng semua?" tanyanya.

"U-udah," jawab Jenova terbata karena masih gugup.

"Oke. Ayo kita makan. Abis itu gue anter lo pulang," ucap Jammie seraya beranjak dari dapur.

Jenova hanya diam terpaku selama beberapa saat demi menetralkan detak jantungnya.

'Huuufft... Bisa mati muda gue kalo kaya' gini caranya!' batinnya seraya mengusap dadanya.

Setelah berhasil menguasai dirinya, Jenova mulai menyiapkan masakannya di atas meja makan. Ia menatap Jammie yang tengah asyik dengan ponselnya. Dalam hati ia mengagumi ketampanan pemuda tersebut.

'Ganteng banget sih dia!?'

"Ingetin gue mampir bakery shop," seru Jammie tanpa mengalihkan pandangannya dari ponsel.

Jenova mengernyit.

"Bakery shop?"

"Iya. Ortu lo suka yang manis atau yang gurih?"

"Hah?"

Jammie mendongak dan menatap pada Jenova yang tengah memperhatikannya.

"Kita mesti beli sesuatu buat lo bawa pulang."

"Ha? Buat apa?"

"Buat apa? Ya buat oleh-oleh."

"Ngapain bawa oleh-oleh? Kaya' abis kemana aja!"

"Ya kan emang abis kemana-mana. Abis kencan."

Jenova terdiam mendengar pernyataan Jammie. Pipinya perlahan bersemu kembali.

"Gak usah bawa apa-apa," ucap Jenova kemudian.

"Gue pulang dengan utuh udah cukup buat ayah sama buna," sambungnya.

Jammie hanya diam seraya menatapnya. Ia tak mengiyakan, juga tak membantah.

Setelah percakapan singkat itu, keduanya mulai menyantap makanan mereka. Tak ada percakapan lagi. Hanya denting alat makan yang beradu.

Setelah makan, Jenova membersihkan meja makan dan juga dapur. Dengan dibantu oleh empunya rumah, tentu saja. Selesai beberes, keduanya bersiap-siap untuk pulang. Jenova meminta ijin pada Jammie untuk pergi ke toilet. Dan pemuda itu mengiyakan. Ia berkata akan menunggu Jenova di luar.

      

     

"Udah?" tanya Jammie pada seseorang di seberang telepon.

"Udah."

"Udah lo anterin?"

"Iya."

"Oke, thanks. Uangnya udah gue transfer."

"Iya. Notifnya udah masuk. Tapi Kak, banyak banget."

"Gapapa. Anggep aja sebagai rasa terima kasih karena lo udah banyak bantuin gue hari ini."

King Bully & Prince Savior | MarkNo | JaemJenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang