Cerita dimana seorang penguasa sekolah kaya raya yang suka membully bertemu dengan siswa sederhana yang menjadi penyelamat bagi para korban bully.
Akan bagaimana kisah mereka berdua pada akhirnya?
#bxb
#bl
#MarkNo
#JaemJen
Jenova menahan nafasnya tanpa sadar ketika melihat sosok Jammie berdiri menghimpit tubuhnya di pintu. Tangan besar pemuda itu menutup bibirnya. Sedangkan wajah tampannya berada tepat di depannya hanya dengan jarak beberapa cm. Ia bahkan bisa merasakan hangat hembusan nafas Jammie.
"Jangan bersuara kalo lo gak mau ketahuan!" bisik Jammie.
Jenova mengangguk-anggukkan kepalanya. Setelah itu Jammie melepaskan bekapannya pada mulutnya. Dan ia memalingkan wajahnya. Tak kuat melihat ketampanan seorang Jammie yang berada sangat dekat dengan wajahnya.
"Kenapa?" tanya Jammie dengan suara beratnya.
Jenova menoleh.
"Hah? Apa?" tanyanya.
Dengan netra yang membulat dan ekspresi melongonya, Jenova nampak lucu di mata Jammie.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pemuda itu tersenyum melihat wajah Jenova. Membuat pemuda itu semakin bingung hingga tanpa sadar netra sipitnya semakin melebar. Yang pada akhirnya membuat Jammie sampai tak bisa menahan kekehannya.
"Kenapa ketawa?" tanya Jenova polos.
"Lo lucu," jawab Jammie singkat.
Namun ia tak sadar jika 2 kata yang ia ucapkan itu sanggup membuat pipi tirus Jenova bersemu merah. Pemuda itu kembali memalingkan wajahnya guna menutupi kegugupannya. Jammie menyadarinya. Tangan kekarnya terulur, menyentuh dagu Jenova dan memutarnya hingga menghadap kembali padanya.
"Kenapa lo malingin wajah dari gue?"
Jenova diam membisu karena tak kuasa menahan debaran jantungnya yang kini semakin kencang.
"Lo salting?"
Pertanyaan Jammie semakin membuat pemuda di hadapannya tak berkutik dengan wajah semakin memerah hingga ke telinganya. Senyum miring kini menghiasi wajah tampan Jammie. Tangan kirinya terangkat dan telapaknya ia letakkan di pintu, tepat di sisi wajah Jenova. Wajahnya bergerak maju, semakin mendekat pada wajah panik si adik kelas. Sementara tangan kanannya masih betah memegang dagu pemuda tersebut.
"Jenova Lerone. Benar itu nama lo?"
Jenova hanya mengangguk. Belah bibirnya masih terkunci rapat karena gugup.
"Lerone nama keluarga lo. Jadi nama lo sendiri cuma Jenova. Nama yang bagus."
Jammie menatap Jenova semakin dalam.
"Jenova. Memiliki ambisi yang membaja. Orang yang tak henti-hentinya berupaya meraih apa yang diinginkan dalam hidup. Orang yang sselalu berusaha agar hidupnya dapat bermanfaat untuk banyak orang. Benar kan!?"