15

1K 92 7
                                    

Happy reading

"Mana makalah lo?"

Tak ada nada tinggi ataupun bentakan. Namun tetap saja sang lawan bicara tak berani menatapnya. Pemuda di hadapannya hanya menunduk dalam-dalam.

"Lo bisu? Ato tuli?"

Masih tak ada jawaban. Lalu...

Duag!

Sebuah tinjuan di pintu mengejutkan seisi kelas serta beberapa siswa yang lewat. Apalagi pemuda yang tengah berdiri di depan pintu tersebut.

"Lo mau jawab ato mau bibir lo gue buat robek?"

"I-iya. Gue jawab. Makalah gue ada di tas," ucap pemuda itu dengan nada bergetar.

"Bawa sini!"

"B-buat apa? Please, Cell. Gue udah capek-capek mikir buat ngetiknya. Jangan lo akuin tugas gue sebagai tugas lo!"

"Yang mau ngakuin tugas lo siapa? GR banget! Gue mau liat isinya."

Pemuda di hadapan Marcell hanya terdiam.

"Malah bengong! Mana makalah lo? Siniin buru! Ato lo mau gue cari sendiri trus gue robek-robek?"

Pemuda di hadapan Marcell melebarkan netranya. Ia lantas buru-buru mengambil makalah miliknya dari dalam tas. Kemudian kembali pada Marcell dan dengan ragu-ragu menyodorkan hasil pekerjaannya tersebut.

Marcell menarik makalah itu. Ia membuka halaman demi halaman dan membacanya sekilas.

"Boleh juga isi makalah lo," gumamnya.

Kemudian ia kembali ke halaman pertama, lalu memberikannya pada si pemilik.

"Pegang!" titahnya.

"L-lo mau ngapain?"

Marcell tidak menjawab. Ia lantas mengeluarkan ponselnya dan memfoto makalah tersebut.

"Cell, tolong jangan! Bu Tara gak mau ada makalah yang sama," ucap pemuda itu seraya menurunkan makalahnya.

"Pegang yang bener!"

"Cell..."

"Pegang yang bener atau gue robek?"

Pemuda itu diam sesaat.

"Cell, nanti kalo Bu Tara marah sama kita trus dikasih nilai D gimana?"

"Kita? Lo aja kali! Gue gak bakalan kena marah."

Pemuda di hadapan Marcell menatapnya dengan tatapan memelas.

"Tapi Cell-"

"Ah, lo kebanyakan omong!"

Marcell merebut paksa makalah tersebut. Ia hendak membukanya namun sebuah tangan lebih dulu menariknya. Marcell menoleh dan tatapan tajam Jenova yang ia jumpai.

"Kembaliin!" ucapnya dingin.

"Trus biarin lo njiplak hasil kerja keras dia? Gak! Gak bakal gue kasih!" Jenova membalasnya dengan nada yang sama.

Marcell melangkah maju. Hendak mengambil makalah itu. Namun Jenova menyembunyikannya di belakangnya seraya bergerak mundur.

"Kembaliin!"

Jenova menggeleng.

"Siniin atau-"

"Atau apa? Lo mau ngancem gue apa? Gue gak takut!"

King Bully & Prince Savior | MarkNo | JaemJenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang