Tiga : Bermain

284 36 0
                                    

Hallo! Kembali lagi dengan author.
Apa kabar kalian? Maaf ya author baru update. Untung saja project kuliah sudah selesai jadi aku punya waktu buat lanjutin semua cerita yang aku tulis.

Terimakasih yang masih menunggu karya-karya aku! I love u so much haha.

Jangan lupa Vote dan komen yaa
So, Happy Reading.
...

Damien menatap handphone ditangannya. Titik lokasi adik kesayangannya berada di sebuah gang kumuh. Dia pun menghela nafas. Sudah pasti dia mengetahui apa yang akan diperbuat Celine disana.

Damien pun mencari salah satu nomor anak buahnya. "Bereskan semuanya saat adikku telah pergi." Ucapnya dengan datar.

"Baik, tuan muda."

Damien pun menutup teleponnya dan kembali ke ruang inap atasannya yaitu Tuan George.

Kita kembali ke sisi Celine yang sedang tersenyum puas melihat karya-karyanya. Tiga pria paruh baya itu telah mati dengan tubuh yang penuh dengan sayatan bahkan orang yang matanya ditusuk oleh Celine mati dengan mata lainnya secara melotot, sedangkan orang yang membawa Celine ke gang itu kini berdiri mematung merasakan kengerian di hatinya.

"Kau-"

"Kau apa, paman? Bukankah tadi kita ingin bermain? Kenapa tiga paman itu cepat sekali kalah." Keluh Celine mengerucutkan bibirnya.

Orang itu meneguk saliva. Gadis ini mengerikan, tidak tetapi dia monster. Batin pria paruh baya itu.

Celine tersenyum polos lalu dia berjalan perlahan mendekati paman tersebut.

"J-jangan mendekat!" Sentak pria itu dengan nada gemetar.

Celine tetaplah Celine. Dia tidak akan mendengarkan perkataan dari mangsanya. Hingga kini dia berjongkok di hadapan pria paruh baya itu.

"Aku akan meringankan hukumanmu akan tetapi ada syaratnya." Ujar Celine tersenyum miring.

Pria tersebut pun menganggukkan kepalanya dengan terburu-buru. "S-sebutkan apa saja syaratnya. Aku akan memenuhi semua syaratmu tapi tolong jangan bunuh aku."

Celine terkekeh senang. "Beritahu kepada pemimpinmu bahwa Cazyl ingin bermain monopoli dengannya. Jangan sampai lengah."

Pria itu tersentak kaget lalu menganggukkan kepalanya. Celine pun mengangguk puas. Tanpa pria itu sadari saat dia sedang lengah, Celine menempelkan sebuah alat di tubuh pria itu.

Melihat Celine tidak membunuhnya, pria itu bernafas lega lalu dia berdiri dan segera lari dari hadapan gadis itu.

"Celine suka bermain, ayo, kita bermain paman Jack, hehe." Gumam Celine terkekeh senang. Dia pun segera pergi dari tempat tersebut.

Untuk ketiga mayat itu, dia membiarkannya karena sudah pasti kakaknya itu akan mengurusnya.

...

Brak

"T-tuan, tolong saya, tuan." Ujar pria paruh baya itu berlari dengan nafas tersenggal-senggal.

Seorang pria tampan berumur tiga puluh tahun mengerutkan kening tidak suka.

"Maafkan saya, tuan, akan tetapi ini darurat." Ujar pria paruh baya itu.

"Katakan."

"Saat saya ingin membawa mangsa ke markas bersama tiga teman-teman saya akan tetapi dia, dia, dia-"

THE SECRET DOOR (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang