Chapter 6 - Raja dan Dewi

27 1 6
                                    

Sengatan panas matahari akhirnya berganti teduh cahaya redup dari bulan yang bertengger di atas awan tipis, pertanda tibanya sang malam.

Walau luka di perut belum sepenuhnya sembuh, kami harus segera pergi meninggalkan dataran tandus malam ini juga. Perjalanan siang hari bukanlah sebuah opsi, sebab matahari pasti akan membakar kulit kami.  

"Anda sudah siap, tuan Artaris?" tanya Vanor memastikan sambil berupaya memikul tas punggung yang lumayan besar.

"Ya," balasku singkat sementara sibuk merapikan pakaianku yang longgar. Aku memakai blus lengan panjang berwarna coklat yang baru saja diberikan Vanor.

"Maaf jika ukurannya agak besar ... " ucap Vanor menggaruk kepala.

"Tak apa, Van. Menurutku pakaian oversize tidak terlalu buruk." Aku sebenarnya bisa saja menciptakan baju dengan ukuran pas. Tapi, melihat dirinya yang begitu perhatian, aku jadi tidak rela.

"Kreator agung, anda terlihat seperti balita yang sedang mengenakan baju orang tuanya." Selena mengejek.

"Wow, ternyata kau bisa melawak."

"Vienna!" seru Vanor lalu melempar sebuah kunci kecil. Kunci itu langsung ditangkap Vienna. 

Setelah mengunci pintu gereja, kami bertiga akhirnya memulai perjalanan kami. Vanor memimpin jalan di depan, Aku dan Selena di tengah, sementara Vienna menjaga kami dari belakang.

Meskipun sudah malam, tanah kering di dataran tandus masih tetap terasa hangat akibat efek panas matahari yang begitu kuat saat siang hari, bahkan kesejukan sang malam pun tak bisa sepenuhnya menghilangkan sisa-sisa panasnya. Seandainya kami memulai perjalanan di siang hari, mungkin alas kaki kami sudah meleleh.

Debu-debu tanah hangat yang bertebaran pun terus berhembus meniup kulit hingga membuat tubuh gerah. Aku tidak berhenti mengelap wajah dan leher guna membersihkan debu-debu brengsek ini. Tapi Vanor dan Vienna tampak tidak terpengaruh. Mereka seperti sudah terbiasa.

Aktivasi Skill ━ Penyesuaian Kondisi.

Nah, kalau begini kan adem. Terima kasih, Sistem!

Oh, iya. Saat ini kami sedang berjalan menuju Desa Goa — hunian para elf.

Desa Goa sendiri merupakan tempat tinggal baru, menggantikan hutan yang sekarang sudah kering dan tandus akibat serangan Raja iblis bertahun-tahun silam. Setidaknya itulah yang sementara diceritakan Vanor saat ini.

Aku tidak ingat pernah menciptakan makhluk seperti itu. Mungkinkah yang disebut Raja iblis ini merupakan salah satu dari tujuh pribadi Lacubus? Menurutku itu teori yang paling masuk akal.

"Tapi kenapa si Raja iblis ini menyerang hutan?" tanyaku setelah mendengar kisah Vanor.

Vanor yang masih terus memimpin jalan, seketika berhenti bercerita. Mulutnya terdiam beberapa detik sebelum menjawab pertanyaanku, "Saya ... saya juga tidak tahu," ucapnya murung terkesan ragu-ragu.

"Begitu ya ... "

Kalau teoriku tentang si Raja iblis ini benar, dan ternyata dia adalah pribadi lain Lacubus, sangat tidak mungkin baginya untuk menyerang para elf tanpa alasan. Sebab, entitas dengan konsentrasi Mana sebesar itu pasti memiliki tingkat kecerdasan dan pemahaman yang setara dengan para elf atau bisa saja lebih tinggi mengingat panjangnya masa hidup mereka.

Akan tetapi, teoriku bisa saja salah. Mungkin Raja iblis ini hanyalah monster tak berakal yang mengalami evolusi ekstrim hingga berhasil mengumpulkan energi Mana yang sangat besar. Entahlah, ada begitu banyak kemungkinan.

"Apakah anda ingin saya mengambil dan membaca data Vanor?" tanya Selena menyarankan. 

Benar juga, aku bisa mengaktivasi skill 'transfer data' untuk melihat memori Vanor. Tapi, aku tidak ingin terlalu sering mengeluarkan Mana.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 13 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Creating My Own Fantasy World from Zero!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang