Prolog

205 10 0
                                    

Bukan hanya Kat yang kehilangan dan terpukul atas kematian Hera

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bukan hanya Kat yang kehilangan dan terpukul atas kematian Hera. Namun, semua orang yang mencintainya. Maka pemakaman Hera diselimuti tangis penuh kepedihan. Seakan langit yang cerah tidak akan mau bekerja sama untuk meratapi kehilangan.

Air mata Kat seperti telah titis. Jiwanya serasa ikut tertarik keluar menyusul raga Hera yang tertutup tanah kuburan. Hera akan kesepian dalam kegelapan mendalam. Hera telah pergi menyusul ayah untuk selamanya.

"Hera, anakku sayang."

Gumaman dari mama mengalihkan atensi Kat. Malam ini adalah malam pertama jasad Hera tertimbun tanah. Kat hanya memandang kosong beberapa tamu dan pemuka agama yang datang di acara malam pertama peringatan kematian. Tubuh perempuan itu memang ada di sana. Namun, jiwanya entah ke mana.

"Kat, ikut Tante sebentar," bisik seorang wanita yang mengenakan gamis hitam-bekas pemakaman tadi sore. Sepertinya belum ada yang mengganti baju lagi karena masih tidak habis pikir seorang Hera akan pergi setelah satu setengah tahun memutuskan menjadi seorang istri. "Kat?" tegur Tante Ilana.

"Ada apa, Tante?"

"Ikut Tante sebentar. Kamu belum makan dari tadi pagi. Nanti sakit."

Jangankan menelan makanan, menelan air matanya sendiri saja Kat kesusahan. Kepergian Hera menambah luka batin yang masih belum menghilang karena kepergian mendiang ayah.

"Ayo, jangan menyakiti dirimu. Kagan juga ada di dalam. Tante nggak mau kalian jatuh sakit. Hera pasti tidak akan menyukainya," imbuh Tante Ilana.

Hera pasti tidak akan menyukainya ....

Fakta telak menghantam Kat, bahwa tidak akan ada lagi yang menelpon subuh-subuh hanya untuk mengingatkannya tentang skripsi. Tidak ada lagi yang mengomel saat menelpon dan menyuruh Kat menjaga kesehatan.

Kat berjalan dengan langkah gontai. Di dapur terlihat seorang pria berperawakan tinggi, berahang tegas, tampak begitu sendu tatapannya. Kapan kali terakhir Kat berbincang dengan Kagan? Tidak tahu. Kat hanya pernah melihatnya di hari pernikahan Hera dan saat lebaran.

"Kat, makanlah. Kalau kamu down, mamamu juga akan sangat sedih," ujar Tante Ilana.

Perempuan itu hanya mengangguk lemah dan duduk di hadapan Kagan. Meski pria di hadapannya menyendok makanan, tetapi terlihat tidak ada keinginan untuk menelan. Bagaimana mungkin? Istrinya baru saja pergi. Separuh hidup Kagan telah menghilang. Belahan jiwanya dipanggil sang kuasa. Kat pernah melihat mamanya begitu menderita saat kehilangan sang suami, lalu sekarang anak sulungnya.

"Katya?" panggil Kagan dengan suara lirih yang terdengar seperti gumaman. "Ada pesan dari Hera sebelum meninggal."

"Pesan?" Kat mengernyitkan dahi.

Saat Kagan hendak bersuara lagi, Tante Ilana menyentuh bahu sang putra. Wanita itu menggeleng singkat. "Nanti saja, Kagan."

Padahal Kat sudah dihampiri kebingungan. Meski ia terus membagi tatapan penuh selidik, tetapi tetap tidak ada jawaban. Lantas pesan apa yang ingin disampaikan oleh Kagan?

 Lantas pesan apa yang ingin disampaikan oleh Kagan?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Meet Them;

Meet Them;

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Her Private Husband (On Hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang