Chapter 9: Si Mantan

40 7 0
                                    

"Serius dia ngomong kayak gitu?" tanya Melisa ketika Kat baru saja merampungkan ceritanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Serius dia ngomong kayak gitu?" tanya Melisa ketika Kat baru saja merampungkan ceritanya. Pertanyaan Melisa dijawab oleh perempuan berambut hitam dengan sebuah anggukan singkat. "Hm, berarti ada kemungkinan dia bakal jatuh cinta sama lo. Ya, pasti ada. Kata orang, kalau sering ketemu bisa ada cinta di antara mereka cepat atau lambat."

"Lo baca dari quotes-quotes explore Instagram, 'kan?" terka Kat.

Melisa terkekeh selema sekian detik. "Tapi, kalau bukan begitu maksudnya, terus gimana lagi? Udah pasti kalau nggak lo yang duluan, ya Mas Kagan."

"Justru itu. Dia nggak akan mungkin melupakan Kak Hera secepat itu, Mel. Coba lo bayangin, emang lo bisa hidup sama lelaki yang kayak begitu? Nggak, 'kan?"

"Kat, lo takut Mas Kagan nyari Kak Heran dalam diri lo, ya?"

Duh! Kat meringis sebagai sebuah jawaban. Melisa pintar sekali menerka isi pikirannya. Mana ada wanita yang mau dilihat sebagai wanita lain? Walaupun Kat tidak mencintai Kagan, tetapi kasihan Kagan yang tersiksa karena mencari sosok Hera dalam wanita lain. Lebih baik Kagan tidak usah menikah lagi.

Bukankah hanya akan menyakiti perempuan yang dinikahinya lagi? Anggap saja Kagan tidak menikah dengan Kat, tetapi wanita lain yang sangat mencintai lelaki itu. Justru dengan keadaan Kagan sekarang, wanita itu akan dibuat terluka.

"Udahlah, Kat. Kak Hera sebelum pergi kan memang maunya begini. Bagus juga tau, biar tali kekeluargaan kalian tetap terjaga. Lo jalanin aja dulu. Kita kan nggak tau, nih, kalau misalnya ini jalan terbaik yanh Tuhan berikan buat lo," imbuh Melisa mencoba menenangkan Kat.

"Tapi, gue nggak nyaman sama Mas Kagan."

"Bukan nggak nyaman, tapi belum. Menurut gue ya ...," ujar Melisa sembari memajukan tubuhnya. "Lo sama Mas Kagan sama-sama belum terbiasa. Ada namanya fase beradaptasi, Kat. Lo pasti lebih paham."

Ucapan Melisa tertanam jauh dalam pikiran dan perasaan Kat. Suara ribut mahasiswa di kantin fakultas menenggelamkan Kat bersama pikiran penuhnya. Perasaan cemas dan takut yang datang setiap kali pulang ke rumah Kagan, semuanya bercampur menyatu.

Kat harus berhati-hati. Sejujurnya dia memang masih berduka atas kehilangan. Namun, proses penerimaan itu pasti akan ada. Saat ini Kat lebih kasihan kepada Kagan. Lelaki itu seperti hidup, tetapi tidak lagi benar-benar menikmati dunia.

"Kat, denger gue nggak?" tegur Melisa sambil mengibaskan tangan di depan wajah sahabatnya.

"Iya, denger. Jadi, gue harus gimana? Gue takut banget ngelakuin hal-hal yang bisa bikin Mas Kagan makin larut dalam dukanya karena inget Kak Hera terus."

"Lo adalah lo, Kat. Mas Kagan sendiri yang ngomong. Jadi dia juga lagi usaha buat menerima fakta, kalau istrinya yang sekarang adalah lo, bukan Kak Hera. Lo nggak usah takut melakukan kesalahan atau apa pun itu yang bisa bikin dia ingat mendiang istrinya, selama ini lo juga nggak banyak tau apa yang Kak Hera lakukan."

Her Private Husband (On Hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang