Waktu istirahat tiba, suasana sekolah dipenuhi dengan keramaian dan tawa para murid yang menikmati waktu jeda dari pelajaran. Liam menjemput Seanna untuk makan siang bersama, seperti biasa. Namun, kali ini ia memesan makanan fast food dari luar, sebuah kejutan kecil untuk mereka nikmati bersama teman-teman Liam.
Di ruang makan terbuka, Liam dan Seanna duduk bersama beberapa teman Liam. Makanan cepat saji terhampar di depan mereka, aroma burger dan kentang goreng mengisi udara. Liam tampak menikmati suasana, berbicara dengan antusias tentang berbagai hal dengan teman-temannya.
Seanna, di sisi lain, lebih banyak diam. Ia mengambil burgernya dan mulai makan, mencoba menutupi rasa canggungnya di tengah percakapan yang tidak begitu menarik baginya. Sesekali, ia melirik ke arah Liam yang tampak begitu ceria dan penuh semangat.
"Kamu tahu, ulang tahun Liam sebentar lagi," salah satu teman Liam, Jovan, membuka pembicaraan baru. "Kita harus mengadakan pesta besar untuk merayakannya."
"Benar," sahut teman lainnya, Mario, dengan senyum lebar. "Liam, kamu harus mengadakan pesta yang paling megah tahun ini. Semua orang akan membicarakannya!"
Liam tersenyum, menikmati perhatian yang diberikan padanya. "Tentu saja, aku sudah merencanakan sesuatu. Pesta besar di vila tepi pantai. Kita akan bersenang-senang sepanjang malam."
Semua teman-temannya bersorak kegirangan, membayangkan betapa meriahnya pesta itu nanti. Sementara itu, Seanna merasa semakin terasing. Pesta besar berarti lebih banyak tekanan untuk tampil sempurna di hadapan banyak orang.
"Liam, kamu harus memastikan semuanya sempurna," kata Jovan. "Panggil DJ terbaik, dan pastikan ada banyak makanan dan minuman."
Liam mengangguk. "Jangan khawatir, aku sudah mengurus semuanya. Pesta ini akan menjadi yang terbaik."
Seanna memaksakan senyum, mencoba menyembunyikan ketidaknyamanannya. Ia tahu bahwa dengan semakin dekatnya ulang tahun Liam, tekanan untuk ikut dalam kehidupan sosialnya akan semakin besar. Namun, ia tidak punya pilihan lain selain mengikuti arus, demi menjaga hubungan dan perjanjian yang sudah dibuat.
Setelah selesai makan, Liam menggenggam tangan Seanna dan menatapnya dengan lembut. "Kamu akan datang, kan? Aku ingin kamu ada di sampingku di hari spesialku."
Seanna mengangguk pelan. "Tentu, aku akan datang."
Liam tersenyum puas, lalu kembali berbincang dengan teman-temannya tentang detail pesta tersebut. Seanna hanya bisa berharap bahwa semuanya akan berjalan lancar, tanpa ada kejadian yang membuatnya semakin terperosok dalam situasi yang sulit.
Saat bel kembali berbunyi, mereka semua beranjak dari meja dan kembali ke kelas masing-masing. Seanna menatap Liam yang masih asik berbincang dengan teman-temannya, merasa semakin terjebak dalam permainan yang tidak pernah ia pilih untuk dimainkan. Namun, ia tahu bahwa selama ia berada di sisi Liam, hidupnya akan selalu dipenuhi dengan kejutan dan tantangan.
***
Perjalanan pulang terasa berbeda hari ini. Seanna duduk di dalam mobil, memperhatikan pemandangan yang tidak biasa di luar jendela. Liam mengambil arah yang berbeda dari biasanya, membuat Seanna merasa tidak nyaman.
"Liam, kita mau ke mana?" tanya Seanna, suaranya terdengar waspada.
Liam meliriknya sekilas dengan senyum misterius. "Tenang saja, Seanna. Aku punya kejutan untukmu. Kita akan pergi ke tempat desainer untuk membuat gaun untuk pesta ulang tahunku."
Seanna mengerenyit, merasa campuran antara rasa penasaran dan ketidaknyamanan. "Gaun? Apa ini perlu?"
"Tentu saja perlu," jawab Liam dengan tegas. "Aku ingin kamu terlihat luar biasa di pestaku. Semua orang harus tahu bahwa kamu adalah kekasihku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Jerat Cinta si Cowok Red Flag
RomanceSeanna Viorella, seorang gadis berusia 17 tahun yang berasal dari keluarga kaya, mendapati hidupnya berubah secara drastis ketika kemalangan menimpa keluarganya. Perusahaan besar milik papanya bangkrut, dan sang ibu memilih untuk melarikan diri ke l...