Bab 01

34 5 0
                                    

Seanna Viorella duduk di ruang tamu besar rumahnya yang kini terasa sepi dan dingin. Langit-langit tinggi dan lampu kristal yang biasanya memancarkan cahaya kehangatan kini hanya menambah kesan hampa. Ia memandangi ponsel di tangannya, membaca ulang pesan dari papanya yang meminta segera pulang dari sekolah.

Saat pintu depan terbuka, Seanna mendapati papanya duduk di sofa dengan wajah yang lelah dan putus asa. Kertas-kertas berserakan di meja, bukti nyata dari kebangkrutan yang menimpa perusahaan mereka.

"Pa, apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Seanna, suaranya bergetar.

Papanya menghela napas panjang sebelum menjawab, "Perusahaan kita... bangkrut, Seanna. Semua investasi kita gagal. Kita kehilangan segalanya."

Seanna merasakan dunia seolah berhenti berputar. "Apa? Tapi... bagaimana bisa?"

"Ini terjadi begitu cepat. Dan mamamu..." suara papanya terhenti, matanya berkaca-kaca. "Mamamu telah pergi. Dia membawa adikmu ke luar negeri. Dia tidak mau hidup dalam kesulitan bersama kita."

Seanna terdiam. Kabar tentang kebangkrutan sudah cukup menghancurkannya, namun kenyataan bahwa mamanya memilih untuk melarikan diri dengan adiknya tanpa memberi tahu dirinya adalah pukulan yang lebih menyakitkan.

Berita tentang kebangkrutan keluarga Viorella dengan cepat menyebar di kalangan elit kota. Liam Gabriel Sadewa, pewaris tunggal keluarga Sadewa, mendengar kabar itu dengan telinga tajamnya. Sebuah senyum kecil muncul di sudut bibirnya. Inilah kesempatannya. Ia sudah lama menginginkan Seanna, dan kini ia memiliki alasan yang kuat untuk mendekatinya.

***

Sore itu, Liam datang ke rumah Seanna. Ia disambut oleh papa Seanna dengan tatapan penuh harap. Seanna, yang masih berusaha mencerna semua kejadian, menatap Liam dengan kebingungan dan sedikit ketakutan.

"Liam," sapa Seanna dengan nada datar.

"Seanna," jawab Liam dengan senyum hangat, meski mata birunya menunjukkan kilauan ambisi. "Aku mendengar tentang keadaan keluargamu. Aku sangat menyesal mendengarnya."

Seanna mengangguk pelan, masih bingung dengan kedatangan Liam. "Terima kasih atas perhatiannya."

Liam duduk di hadapan Seanna dan ayahnya. "Aku datang ke sini untuk menawarkan bantuan. Keluargaku memiliki sumber daya yang bisa menyelamatkan perusahaan papamu. Kami bisa mengembalikan semua yang hilang."

Seanna merasakan harapan kecil yang terbit dalam hatinya. "Apa maksudmu?"

Liam tersenyum lebar. "Aku hanya meminta satu hal sebagai imbalannya. Aku ingin kamu menjadi kekasihku, Seanna. Dan kamu harus patuh padaku."

Seanna terkejut. "Apa? Tidak mungkin! Aku tidak bisa menerima itu!"

Papa Seanna segera menyela, suaranya tegas namun penuh ketakutan. "Seanna, pikirkan ini baik-baik. Ini mungkin satu-satunya cara untuk menyelamatkan perusahaan kita. Untuk menyelamatkan masa depan kita."

"Tapi Pa, itu... tidak benar," Seanna berusaha mencari kata-kata.

"Seanna," suara ayahnya melembut, hampir seperti memohon. "Aku tidak punya pilihan lain. Kita tidak punya pilihan lain. Tolong, demi keluarga kita."

Seanna terdiam, merasakan tekanan yang semakin berat di pundaknya. Ia menatap Liam, yang balas menatap dengan tatapan yang sulit dibaca, antara kasihan dan penuh kendali.

"Aku... aku butuh waktu," kata Seanna akhirnya, suaranya nyaris tak terdengar.

Liam mengangguk. "Aku akan memberimu waktu, Seanna. Tapi ingat, waktu tidak berpihak pada kita."

Jerat Cinta si Cowok Red FlagTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang