Bab - 2

51 9 0
                                    

Ada hal yang nggak perlu dijelaskan oleh Widya tentang dirinya yang menjadi beringas sejak kematian ayahnya. Dia menyalahkan Adit sebagai penyebab bunuh dirinya sang ayah tanpa mau tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan perusahaan ayahnya. Tanpa mau tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan ayahnya.

Noah, suami Widya, sudah melarangnya kembali ke Indonesia tapi Widya bersikukuh kalau dia harus membalas apa yang terjadi dengan ayahnya. Larangan suaminya dilanggar demi ambisi yang sebenarnya entah apa. Bukan Adit juga yang membunuh ayahnya.

"Nama sekretaris baru itu... Widya Sani." Rara menatap berkas milik Widya. "Umur tiga puluh lima tahun. Single. Siap bekerja." Rara mendongak menatap Adit yang fokus mengetik di laptopnya. "Gimana ini sekretaris barunya?" tanya Rara secara informal.

"Terserah."

"Lulusan luar negeri loh ini. Jadi sainganku kalau begini."

"Saingan apa lagi kamu sekarang udah jadi asisten manajer keuangan. Jabatan kamu jauh lebih bagus daripada hanya sekretaris."

Rara menatap Adit dengan wajah konyolnya. "Iyaya. Kenapa aku harus bersaing sama Widya. Yaudah, dia langsung jadi sekretaris aja apa mau diwawancara dulu?"

"Liat fotonya dulu sini."

Rara memberikan foto Widya. "Cantik loh. Jangan ditatap lama-lama ntar aku aduin sama Arunika."

"Dasar mata-mata!" Seloroh Adit sembari mengambil foto Widya dari tangan Rara.

Dahi Adit mengernyit. "Kok rambutnya pirang gini?"

"Iya, kan di cat tembok rambutnya."

"Kamu pikir rambutnya dibuat dari semen pake cat tembok segala."

"Hahaha." Rara terkekeh sendiri.

"Suruh dia masuk. Aku mau wawancara tuh bocah."

"Widya wanita dewasa usianya tiga puluh lima tahun bukan bocah."

"Yaudah panggil wanita dewasa itu."

***

Widya tersenyum pada Adit. Senyum yang menandakan keramahannya. Senyum yang mengartikan dia ingin benar-benar bekerja di perusahaan Adit. Namun, Adit mengabaikannya begitu saja. Tidak membalas senyum Widya sama sekali.

"Oke, saya liat cv kamu tadi dan kamu lulusan sepuluh kampus terbaik di dunia. Kamu pernah bekerja di beberapa perusahaan ternama dan anehnya kamu melamar pekerjaan sebagai sekretaris di kantor saya." Adit menatap Widya curiga.

"Saya melihat lowongan di perusahaan yang bapak pimpin dan saya tertarik."

"Kenapa tidak menetap di Kanada saja dan berkarir di sana?"

"Saya ingin kembali ke negara saya. Saya ingin tinggal di negara saya. Saya ingin bekerja di sini."

Adit menatap Widya curiga. Dia tidak yakin pada Widya. Sama sekali tidak yakin dengan jawaban wanita itu. Bagaimana bisa orang yang bekerja di perusahaan luar negeri dengan jabatan mentereng tiba-tiba pulang ke negaranya dan melamar pekerjaan sebagai sekretaris?

"Kamu yakin ingin bekerja sebagai sekretaris di kantor saya? Tidak mau melamar sebagai asisten manajer, manajer atau apa begitu yang sesuai dengan jabatan terakhir kamu di perusahaan Kanada?"

"Saya hanya ingin bekerja sesuai dengan apa yang saya inginkan. Kalau memang ada lowongan di jabatan yang Anda sebutkan tadi, saya akan melamarnya juga."

Marriage Life With The Boss 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang