Adit dan Arunika memenuhi undangan dari guru Vian. Entah apa ulah Vian hingga Adit dan Arunika mesti menemui gurunya, Bu Nani. Adit dan Arunika menitipkan Al pada Karina sebelum mereka ke sekolah.
Bu Nani tersenyum menyambut kedatangan Adit dan Arunika. "Silakan, duduk."
Adit dan Arunika duduk berhadapan dengan Bu Nani.
"Vian itu anaknya ekspresif sekali." Kata Bu Nani memulai.
Adit dan Arunika saling memandang sekilas.
"Dia membaca puisi buat Salsa di depan kelas. Tapi, Salsa malah ketakutan." Bu Nani nggak bisa menahan senyum saat mengingat ekspresi Salsa.
"Salsa sepertinya trauma dengan Vian." Lanjutnya.
"Trauma?" Arunika tersenyum kecut.
"Iya, Vian terlalu agresif dan ekspresif. Dia mengakui Salsa sebagai kekasihnya di depan semua anak-anak. Kalau ada anak laki-laki yang mendekati Salsa, Vian bakalan ngomong dan menegaskan kalau Salsa itu pacarnya. Salsa minta pindah kelas kalau Vian masih seperti itu."
"Viaaaaan, siapa yang ngajarin kamu kaya begini sih." Arunika menggerutu sendiri.
"Yang jelas bukan aku." Sebelum dituduh Adit buru-buru membela diri.
Pembelaan Adit malah membuat Arunika curiga. Dia melirik Adit. Hanya dengan lirikan mata Arunika saja, Adit tahu kalau dia akan mendapat masalah yang cukup besar.
"Bisakah Ibu dan Pak Adit bilang ke Vian untuk nggak mengganggu Salsa lagi?"
Hening untuk beberapa saat.
"Bisa, Bu."
Bu Nani tersenyum. "Kalau Vian nggak ganggu Salsa lagi, Salsa nggak akan minta ganti kelas."
"Kalau begitu saya mau ketemu sama Vian dulu boleh, Bu."
"Boleh. Ayo, kita ke kelasnya Vian."
***
Arunika memandang ke sekeliling kelas. Dia melihat Vian sedang membaca sebuah buku. Entah buku apa itu. Tapi, anaknya memang seorang pecinta sastra. Vian sudah menamatkan buku karangan Charles Dickens yang judulnya Oliver Twist, tapi Oliver Twist bukan cerita romansa melainkan kemiskinan dan anak-anak.
"Apa kamu yang ngajarin Vian buat ngejar Salsa."
"Nggak, sumpah, Nik. Bukan aku." Adit menjawab dengan serius.
Kalau bukan Adit lalu siapa? Arunika mulai curiga sama Rara.
Vian muncul dengan wajah yang dingin dan datar. "Bu Nani bilang, mamah dan papah mau ketemu Vian. Kangen ya?" Vian menunjuk papah dan mamahnya secara bergantian. "Al di mana?" tanya Vian setelah menyadari wajah cemberut papah dan mamahnya itu.
"Jangan banyak omong. Mamah ke sini karena Bu Nani minta mamah datang. Jangan ganggu Salsa lagi ya. Salsa itu takut sama kamu. Dia trauma sama kamu karena kamu gangguin dia terus." Kesabaran Arunika mulai terkikis karena anaknya masih kecil tapi udah cinta-cintaan.
Vian terdiam.
"Iya, jangan malu-maluin papah, Vian. Kamu itu masih kecil. Pacarannya nanti aja kalau udah SMA."
"Jangan ngajarin Vian buat pacaran." Omel Arunika.
"Siapa yang ngajarin sih, Nik. Aku bilang pacarannya nanti aja pas SMA."
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Life With The Boss 3
Romance"Nanti aja, Pah. Pas mamah liat kuenya baru dinyalain lilinnya." Kata Vian lagi keras kepala. "Kamu itu ngeyel kaya mamah kamu. Untung kamu ganteng kaya papah." Vian nyengir. "Ya, kan Vian lahir dari rahim mamah pasti sifat mamah banyakan ada di V...