FIVE

184 41 2
                                    

Matahari bersinar terang, menghangatkan dunia dan seisinya. Jalanan kota padat dan ramai dengan berbagai kendaraan dan orang yang berlalu lalang. Di salah satu kerumunan itu, Soshiro dan (Name) berjalan dengan tangan yang saling bergandengan. Alibinya Soshiro sih biar nggak hilang di kerumunan, nggak tahu lah ya kalau punya niatan lain.

"Hei, Shi-chan, kita mau kemana? Daritadi kok nggak nyampe-nyampe?" eluh (Name) kelelahan. Sejak pagi, setelah berpamitan dengan Soichiro yang membiarkan mereka berdua menumpang, mereka berdua terus berjalan tanpa arah dan setelah berkali-kali (Name) mengeluh capek akhirnya Soshiro dan dia beristirahat di depan sebuah minimarket di sekitaran sana.

Tidak ada jawaban, (Name) mengangkat kepalanya dan melirik kesekeliling. Tidak ada Soshiro dimanapun. Seketika (Name) terdiam di tempatnya, menilai cepat situasi yang ada.

Aku tidak ditinggal kan?

Pikirannya mulai kacau, perasaan panik mengerubunginya. Mencoba untuk tidak terlalu negative thinking, dia berusaha memikirkan bahwa dia tidak sengaja mengambil langkah yang lebih cepat atau dia sebenarnya sudah tertinggal oleh Soshiro dan dia saja yang tidak menyadarinya. Masih dengan perasaan panik, (Name) bangkit dan melangkah menjauhi minimarket.

"TIDAK TIDAK, SHI-CHAN TIDAK AKAN MENINGGALKANKU!"  Pikirannya terus membantah pikiran negatif yang mulai mengambil alih pikirannya. Dengan segenap perasaan yakin akan harapan bahwa Soshiro tidak meninggalkannya, (Name) terus berjalan tanpa arah di sekitar area komplek perumahan.

Sekian lama, (Name) sama sekali tidak bisa bertemu batang hidung dari osananajimi-nya itu. Sekarang harapan itu pupus dan membuatnya harus menerima pikiran buruk itu, dada (Name) seketika terasa sesak dan sakit. Seperti anak hilang kebanyakan, kaki (Name) yang sudah kaku karena memikirkan opsi bahwa Soshiro meninggalkannya membuatnya berjongkok di tempatnya.

Perlahan tangis mulai keluar dari mulut (Name) walaupun mati-matian dia menahannya, "Shi-chan... hiks. Aku takut Shi-chan, jangan tinggalkan aku..."

Ditengah kesedihan ria itu, tiba-tiba seseorang menabrak tubuh (Name) yang memang berjongkok di tengah jalan dan membuat orang yang menabrak terjatuh dengan posisi wajahnya duluan alias tengkurap.

"AAAKH! SIAPA SIH YANG DUDUK DI TENGAH JALAN?!" teriak orang itu emosi, menyelamatkan permainan gamenya yang ikut terjatuh dan menatap kearah (Name) yang masih setia dengan derai air mata.

"WOI BOCAH! TANGGUNG JAWAB KAU, GARA-GARA KAU A-" Perkataan orang itu terhenti saat mendengar suara tangis dari (Name). Orang itu mengerjapkan mata beberapa kali sebelum mulai berpikir kalau orang ini menangis karenanya.

Owh, itu gawat, bruh. Di depannya, seorang gadis menangis dan jika dia yang membuatnya maka reputasinya yang sudah anjlok sebagai manusia akan semakin anjlok. Pikiran itu melintas di kepala orang ini dan membuatnya panik setengah mati.

"He-hei... kau tidak apa kan?" tanyanya dengan suara gagap. Tangannya meraih ranting pohon yang entah kenapa berada di sampingnya dan menekan ranting itu secara berkala ke kepala sang gadis dengan ranting itu.

"Physical distancing itu harus, bruh. Soalnya cewek itu lebih bahaya dibandingkan corona, apalagi bisa jadi ini cewek modelan caper biar bisa disentuh sama manusia se-Gantenk guweh" pikir orang itu dengan pede-nya.

"Hiks, Soshiro..." (Name) yang tidak sadar dengan keberadaan orang di depannya masih melanjutkan aktivitas menangisnya. Lama berada di posisi seperti itu, Orang yang sedari tadi menggunakan ranting sebagai media perantara mulai merasa muak dan kasian secara bersamaan.

Akhirnya setelah berunding dengan dirinya sendiri, orang itu mendekat dan menepuk kepala (Name) beberapa kali seraya mengeluarkan kata-kata penenang, "Berhenti menangis, kau benar-benar merepotkan..."

A Story For You (Hoshina Soshiro X Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang