Jungwon berdecak kesal, gara-gara Irene dia jadi tidak jadi berkumpul bersama teman-temannya.
Dan terpaksa harus membatalkan nya dan menunggu yonggi datang kerumah sakit,bokongnya mendarat ke bangku yang berwarna biru muda itu.Sambil menunggu dia mengambil ponselnya dan bermain game kesukaan nya sampai dimana pintu terbuka menampakan seorang suster.
Jungwon menatap suster itu lalu berdiri dan ponselnya disimpan disaku celana. "Atas nama pasien Irene, keluarga nya ya?"
Mau tak mau dia mengiyakan. "Siapanya ya dek?"
Laki-laki itu berdecak kesal terlalu banyak bertanya. "Mau siapa nya pun kalau udah keluarga ya keluarga,bisa langsung ke inti nya?" Suster itu terdiam lalu mengangguk.
"Anda disuruh masuk keruangan dokter" ia langsung saja masuk dan pertama yang jungwon lihat adalah dokter dan Irene yang duduk berhadapan.
Langkah jungwon langsung menuju kearah mereka,ia langsung berdiri disamping kursi yang kosong. "Duduk aja nak,gapapa" ucap dokter itu.
Hanya melirik dan langsung duduk tapi agak menjauh dari Irene,Irene tersenyum kecut,sudah biasa jika seperti ini.
"Baiklah,hasil pemeriksaan nya pasien Irene terlalu kecapean dan kurangnya gizi" Irene mengangguk,dokter itu menatap jungwon. "kamu siapa nya nak?anaknya pasien Irene?"
Jungwon tak menjawab membuat Irene yang harus membuka suara. "iya dokter,dia anak saya"
Dokter itu tersenyum lalu memberikan sebuah kertas berwarna putih kepada jungwon,jungwon ragu lalu menerimanya dan membacanya.
"Dari hasil pemeriksaan,pasien Irene dinyatakan hamil dan kandungan nya sudah memasuki dua Minggu"
Irene membeku,menatap dokter dengan tak percaya,diusianya yang sudah tua tidak mungkin dia hamil.
Bukan,dia beryukur akan hal itu tapi..Irene menatap jungwon yang terdiam tak ada pergerakan bahkan kertas itu sudah diremas oleh jungwon hingga berbentuk gumpalan.
Wajahnya sungguh datar,dia berdiri dan melenggang pergi,Irene memijit pelipis nya lalu tersenyum kearah dokter dan pergi mengikuti jungwon.
"Jungwon,tungguin mama" jungwon tak mendengar,dia semakin mempercepat langkah nya namun Irene langsung menarik tangan jungwon untuk berhenti.
Jungwon menatap Irene tajam lalu menghentakkan tangan nya dengan kasar,Irene tak peduli yang penting dia harus berbicara dengan jungwon.
Dada Irene naik turun. "Maaf kalau mama-maksudnya Tante,Tante gak bermaksud-"
"Puas?" Irene mendongak keatas menatap jungwon yang lebih tinggi darinya. "Udah puas hasilnya nona irene yang terhormat?" Wanita itu terdiam.
Jungwon terkekeh sesaat. "Selamat atas bayinya tapi maaf,gue gak kepikiran sekalipun buat ngaku itu adek gue"
"IRENE, JUNGWON" yonggi menuju kearah mereka,bisa dilihat dari wajah nya sebuah kekhawatiran.
Yonggi memegang tangan Irene. "Kamu gapapa?apa kata dokter?" Irene mengangguk,tatapannya memelas kepada yonggi.
Jungwon memberikan kertas yang sudah mengumpal itu kepada yonggi. "Istri Lo lagi hamil" lalu dia pergi begitu saja sambil memakai tudung jaket nya.
"Hamil?..JUNGWON KAMU MAU KEMANA?" yonggi menatap jungwon yang sudah menjauh,kini dia beralih menatap Irene. "Kamu hamil?"
Irene menintikan air matanya lalu mengangguk,yonggi tersenyum lebar lalu memeluk Irene dengan erat. "Makasih,atas semua kebahagiaan nya"
Wanita itu melepaskan pelukannya. "Jungwon gimana Yon?kalau dia kenapa-kenapa gimana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
berandalan || yang jungwon
Randomyang jungwon terkenal akan nakalnya,sering bolak balik ke ruangan bk,serta preman disekolah dan bertemu seseorang wanita yang teladan serta berparas cantik dengan hiasan kacamata diwajahnya. bagaimana jika mereka bertemu dan berjodoh?apakah itu takd...