04 [ketika Taufan dan Boboiboy bosan]

284 28 3
                                    

Sore harinya.

langit terlihat berwarna jingga bercampur hitam memberi kesan indah sekaligus mencekam, angin berhembus sepoi-sepoi menebarkan dedaunan yang jatuh dari ranting pohon. sekaligus memainkan helai demi helai rambut seorang remaja yang sedang berjalan santai di lorong sebuah geng.

"huh"helaan nafas panjang terdengar di lorong yang sepi itu hanya sang remaja dan kesunyian, yang setia menemaninya.

"untung hari ini ayah dan hali sedang ada urusan kerja dan sepertinya bunda juga ikut, jadinya gue bisa keluar sebentar"

"tapi bagaimana dengan urusan rumah ya?. semoga gak kacau"

Gempa berhenti melangkah dan menata langit yang mulai berubah warna menjadi hitam dengan bintang yang bertebaran. senyuman terukir di wajahnya, ia menikmati hembusan angin yang menerpa dirinya.

saat hendak melangkahkan kakinya kembali terdengar suara dari arah belakang, Remaja itu pun merubah langkahnya dan berlari mendekati sumber suara.

setelah di deketin ternyata suara itu bersumber dari seorang remaja berambut pirang dan bermanik biru cerah yang sedang ketakutan, karena di kepung oleh tiga pria kekar dengan jas hitam dan kacamata dengan warna sama. bahkan salah satu dari mereka sudah mengajukan pistolnya.

"berikan alat itu"minta salah satu pria.

Remaja itu menggeleng cepat, dia memeluk sebuah koper berwarna hitam dengan kuat.

melihat reaksinya pria yang mengajukan pistolnya menarik pelatuk secara perlahan, sedangkan kedua pria lain melangkah pergi. remaja itu menunduk dan menutup matanya.

"kau itu sama seperti ayah mu"ucap pria sebelum suara tembakan terdengar.

karena tidak merasakan apa-apa, dia dengan perlahan membuka kelopak matanya. pupil biru cerahnya mengecil dengan raut wajah pucat bercampur kaget, keringat mengalir melewati pelipisnya menuju ke bawah.

di depan remaja berambut pirang itu berdiri remaja lain dengan rambut berwarna cokelat dengan beberapa helai putih menepis peluru menggunakan tangan kosong dan mengakibatkan pergelangan tangannya terluka.

Gempa berlari dengan cepat kearah pria yang telah menembakkan peluru ke anak yang tidak bersalah, dia merebut pistolnya dan langsung memberikan sebuah tendangan tepat di bagian leher pria tersebut.

mendengar ada keributan kedua teman dari pria itu datang, melihat teman mereka yang sudah terkapar tak berdaya membuat mereka berdua marah.

dengan raut wajah datar dan tangan memegang belati mereka menyerang Gempa dengan membabi-buta, mereka berdua tak segan-segan menebaskan belatinya kepada remaja itu.

Gempa tentu saja tidak tinggal diam, dia balik melawan mengunakan tangan kosong. tas ranselnya yang sedari tadi berada di pundaknya sedangkan endah ke mana, karena di lempar sembarangan oleh Gempa.

lima belas menit di butuhkan Gempa untuk menumbangkan ketiga pria itu, walaupun dia juga menerima beberapa luka goresan ringan dan buku-buku jari tangan nya memar.

"lu gapapa?"tanya Gempa sembari berjongkok. dia memegang pundak remaja yang terlihat ketakutan.

"tidak"jawabnya dengan nada gemetaran.

melihat remaja itu masih ketakutan Gempa menarik tangannya dan membawa remaja itu ke taman, tidak lupa Gempa juga mengambil tas ranselnya sebelum pergi.

Gempa mendudukkan remaja berambut pirang itu ke kursi taman dan memberikannya sebotol air mineral. remaja itu menatap tangan Gempa lalu beralih menatap wajah Gempa yang tersenyum ke arahnya sebelum menerima pemberian Gempa.

I will protect you (Gempa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang