setelah beberapa bulan,
kita lanjut yang agak gantung itu; secuil.*
Chaeyoung peluk Bunda sewaktu berkunjung— beberapa hari setelah Jennie melahirkan. Bunda Park ngasih selembaran foto, Chaeyoung terharu sekali. Bayi mungil ini adalah Anaknya, air mata itu jatuh perlahan; Chaeyoung bersyukur.
"Sehat kan, Nda?" pandangan teduh dan sedih itu diperlihatkan pada wanita yang sampai hari ini masih terus menyayangi Chaeyoung. Bunda ngangguk dan ngusap kepala Chaeyoung.
"Sehat kok, Jennie juga sehat." sahutnya. Chaeyoung senyum dan ngasih kecupan singkat di foto tadi.
"Aku simpan ya, Nda. Kak Jennie udah boleh pulang ke rumah?" tanya Chaeyoung, lagi.
"Udah, cuma beberapa hari di Rumah Sakit. Gak lama kok, Jenyoung juga gak rewel." kepala Chaeyoung terangkat lagi.
"Kak Jennie ngasih nama Jenyoung, Nda?" Bunda otomatis ngangguk, senyum Chaeyoung makin cerah.
"Sampein ribuan makasi aku ke Kak Jennie ya, Nda. Titip salam cium buat Jenyoung juga." maksain senyum sekali Chaeyoung ini.
"Adek jangan sedih ya, nanti Bunda bakalan bujukin Jennie mana tau boleh bawa Jenyoung kesini." sahutnya, Chaeyoung langsung geleng kepala.
"Jangan dulu, Nda. Gak baik kan masih Bayi, nanti aja kapan-kapan. Untuk sekarang setiap Bunda kesini, aku titip foto terbaru Jenyoung ya Nda. Bolehkan?" penuh harap, Bunda senyum sekilas dan ngangguk.
"Adek kurus banget sekarang." Bunda rasain lengan Chaeyoung, "Gak kayak biasanya, ini juga kenapa ada lebam di dahinya." komentar lanjutan.
Chaeyoung cuma ngasih cengerin sekilas, "Biasa Nda, jatuh waktu main bola sama tahanan lain. Aman kok!" yakinin Bunda, Chaeyoung bohong— Bunda tahu.