8

34 2 0
                                    

"Rumi, Rumi sadar," Jisung terus mencoba memangil istrinya yang diam tidak ada jawaban.

Jisung mulai mengobati tangan sang wanita dengan telaten, Rumi menggerakan matanya melihat tangannya sudah terbalut, rasa sakit yang tidak seberapa dibanding rasa dihatinya.

Jisung menarik Rumi ke dalam pelukkannya, ia merasa kacau setelah melihat luka tersebut.

Ego yang dulu selalu ia pertahankan runtuh seketika.

Adiknya yang dulu sangat ia sayang mengapa jadi seperti ini, "salahku, benar itu semua salahku, aku mohon berhenti Rumi," gumamnya.

Perkataan Jisung membuat kesadarannya kembali, "kakak, lepas aku engga bisa napas, kalo kakak memeluk seerat ini," ucap Rumi lemas.

Jisung sedikit senang saat melihat matanya sudah tidak kosong lagi. "Rum kamu lapar? Aku beli makanan ya?"

"Tidak usah aku masak aja," tolak Rumi ia tidak mau dikasihani oleh Jisung.

"Bagaimana kamu bisa masak Rum, tangan kamu dua-duanya luka, aku beli makan ya?" tanya Jisung mencoba lembut sambil memesan makanan lewat online.

Saat makanan datang Rumi mencoba makan sendiri tanpa bantuan Jisung, tetapi lelaki itu memaksa untuk membantu.

Rumi merasa sangat aneh jika Jisung tiba-tiba lembut, membuat rasa curiga dan gelisahnya semakin besar.

Setelah makan Jisung menyuruh Rumi untuk istirahat dikamarnya, kamar istrinya sangat berantakan tidak mungkin bisa tidur disana.

Tapi baru masuk kamar, Rumi langsung menolak, ia membayangkan yang Jisung dan Ningning lakukan dikasur itu membuatnya tidak tenang.

"Aku engga mau tidur di kamar kakak, aku bisa membayangkan apa yang kakak lakukan dengan pacar kakak disini," tolak Rumi.

Jisung tersenyum nakal, "Ningning engga pernah masuk kamar, kita selalu bermain diruang tamu atau kamar mandi," bisiknya di telinga Rumi.

"Kamu mau mencobanya?" tanya Jisung memeluk Rumi dari belakang.

Tentu saja itu membuat emosi Rumi yang tidak stabil mulai berguncang kembali. Jisung langsung memberhentikan aksinya.

"Minum obat, lalu tidur dikasurku tidak ada penolakan," perintah Jisung memberikan Rumi sebiji obat, ia takut kalau memberi tempat obatnya Rumi malah minum banyak.

Rumi meminumnya, pusing mendatanginya terpaksa dia menuruti kata-kata Jisung.

Jisung melihat Rumi sudah terlelap dengan tidurnya, ia mengamankan semua benda tajam darinya lalu pergi untuk mengganti semua barang yang ada di kamar Rumi.

Sebelum pergi ia memeriksa kembali kamar Rumi dia meringis sendiri betapa berantakannya, dia mengamankan semua barang dan dokumen yang menurutnya penting.

Jisung pulang dengan banyak perlengkapan kamar yang baru, ia memeriksa Rumi terlebih dahulu, tapi tidak terlihat batang hidungnya dikamar.

Jisung memeriksa kamar Rumi, disana sudah tidak berantakan, pecahan kaca yang tersebar dimana-mana sudah tidak ada disana, barang-barang yang tadinya tersebar sudah tersusun rapih kembali.

"Dimana dia?" tanya Jisung bingung dengan sikap Rumi suka menghilang.

Ia mencari dipenjuru apartemen, Jisung merasa menyerah mencari, tapi saat dia sudah di balkon Jisung menemukan Rumi yang sedang melukis dengan menggunakan headset ditelinganya.

One-Sided Love for a CelebrityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang