Perihal Cilok

19 3 2
                                    

Pekarangan Rumah Sheo

Sebuah Rumah yang bernuansa mewah elegan dan ukuran nya yang begitu luas, ditambah perpaduan warna yang sangat cocok yakni putih dan abu.

Tid..tid...

Mang Udin yang mendengar suara motor dari anak majikannya itu langsung membukakan pagar rumah diiringi dengan senyuman kepada keduanya.

David memarkirkan motor miliknya itu tepat di depan pekarangan rumahnya.

Mang Udin langsung menghampiri David "Den motornya mau mang Udin masukan ke garasi ?" tanya mang Udin dengan sopan.

"Gak usah mang, soalnya nanti motornya mau dipake lagi ke luar, nganterin Moiza."

Moiza yang kini sudah berdiri dengan tegas seraya menggendong tas ranselnya itu yang tepat berada di samping David, ia hanya melontarkan senyuman ke arah mang Udin dan langsung menatap ke arah David dengan bingung.

"Baik den, kalau gitu mang Udin pamit." ujar Mang Udin seraya bergegas pergi meninggalkan keduanya.

Sementara Mioza masih menatap David dengan heran " Kenapa sih ?" tanya David sambil melihat dirinya ke arah spion motor.

"Soal tadi kamu bilang ke mang Udin, mau nganterin saya pulang...." Belum juga selesai Moiza berbicara namun David sudah memotongnya lebih dahulu.

"Soal itu jangan geer, masalahnya gue kan tadi yang jemput lo, masa iya lo pulangnya gak gue anter, jadi ya mau gak mau gue anter lo pulang nanti, dan GAK ADA PENOLAKAN." ujarnya dengan tegas dan menekan lalu pergi masuk kedalam rumah.

"Makasih." ucap Moiza kegirangan yang kini mengikutinya dari arah belakang.

David tidak menjawab ia hanya tersenyum tanpa menoleh ke arah belakang, ia memilih melanjutkan jalannya.

Terdengar suara dari arah depan mereka yang kini teman-temannya yang sudah lama duduk menunggu keduanya.

"Za." Hana melambaikan tangan.

Moiza hanya tersenyum dan membalas dengan melambaikan tangannya.

David terhenti dan menoleh ke arah Moiza "Lo gabung duluan sama yang lain, gue mau temuin nyokap dulu." ujarnya langsung pergi.

Sementara Moiza ia hanya menggagukan kepalanya dan ikut ber gabung dengan teman-temannya yang lain.

"Sini Za duduk di samping gue." ujar Hana seraya menepuk-nepukan tangannya di atas kursi.

Moiza pun langsung duduk disamping sahabatnya itu, semua orang kini tertuju pada kantong plastik yang Moiza bawa.

"Wah lo bawa apa tu Za?"tanya Hana.

Sesaat Moiza langsung melirik kantonf plastik yang ia bawa sambil tersenyum "Oh ini cilok, tadi di jalan ada tukang cilok, jadi saya beli 7 bungkus."

"Banyak banget pasti itu buat kita ya." ujar Rifki dengan percaya diri.

"PD banget sih loh." jawab Refano seraya tertawa.

Rifki yang malu pun tidak mau kalah dengan jawaban Refano "ye.. orang cuma nebak juga." jawab Rifki dengan ketus.

Rifki kesal kepada Refano bukan hanya karena masalah cilok tapi Refano adalah mantan kekasih Hana, ya walaupun mantan tapi Rifki tetap tidak suka dengan Refano.

"Udah atuh kalian teh janagn pada berantem, malu ini di rumah orang." ujar Raisa mencoba melerai keduanya.

"Iya ih, kalian tuh gak pada maku apa, perihal cilok doang juga." timpal Hana.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 07 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Story DavidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang