12» CONFESS

3 2 0
                                    

16 September

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

16 September

Livia keluar kamar setelah kemarin mengurung diri seharian. Tidak ada kiriman makan kecuali 2 bungkus roti yang diberi mbak Gendhis, itupun tanpa perintah siapapun.

"Selamat pagi ayah, bunda" Ucapnya di meja makan.

"Ucapkan selamat pagi juga pada kakakmu" Perintah bunda.

"Pagi Gisell"



Sarapan berlalu begitu saja. Akhir pekan yang tidak ada liburnya bagi Ayah-bunda. "Salama Gendhis pergi ke pasar, jaga Gisell dengan baik. Ayah berangkat dulu"

Kepergian Ayah dan bunda hanya menyisakan dua manusia bersaudara yang duduk di ruang utama. Livia memandang benci kakaknya yang bersikap kekanak-kanakan walau usianya 3 tahun lebih tua darinya.

Gisell berjalan mengitari karpet lingkaran diantara mereka dengan bergumam sendiri.

"Ouh. Sakit" Gisell mengusap kepalanya setelah remot TV melayang ke arahnya.

"Sakit ya? Gara-gara lo gue dipukuli ayah. Lo pikir ga sakit?"

Gisell memeluk Livia. Tapi langsung didorong hingga kaki Gisell tersandung kursi.

Gisell menangis keras.

"Enyahlah" Livia berbalik badan.

Kepala Livia mendongak sebab dijambak Gisell dari belakang. Dia menariknya cukup kuat hingga Livia memutar badan.

Wajah Livia menabrak pinggiran meja karena matanya tertutup menahan sakit.

Darah mengalir dari kedua lubang hidung. Livia memegang tulang hidungnya yang nyut-nyutan. Dengan langkah gontai, tak peduli racauan Gisell, Livia pergi ke kamar.

Nafasnya hampir habis sebelum jarinya menyentuh pintu kamar. Ia membuka mata dengan berat sembari menahan sakit.

Gendhis datang dengan tas belanjaan di kedua tangan "Non Livia..."

Grep, Livia mengunci pintu kamarnya.


•••


A

yah tidak pulang hingga pukul 1 pagi. Bunda juga tidak bisa tidur dan memutuskan berkeliling kamar anaknya. Gisell tidur memeluk boneka teletubbies favoritnya, sedangkan Livia masih sibuk dengan photocard TBZ.

Tok, tok, tok. "Bunda masuk ya?"

Livia gelagapan menyembunyikan foto Kevin dibalik badan.

"Bunda sudah tau. Bunda juga pernah muda. Pubertas dan menyukai lawan jenis adalah hal yang wajar. Tapi kenapa harus idol k-pop?"

"Katanya bunda paham tapi bertanya" gumam Livia membuang pandangan.

"Jatuh cintalah pada manusia sewajarnya. Kau lihat hubungan orang tuamu. Ada masanya kita terlalu egois hingga memutuskan hidup bersama, dan ujung-ujungnya.... bertahan sulit- berpisah juga tidak"

ᴅᴏɴ'ᴛ ʟᴇᴀᴠᴇ ᴍᴇ || 𝐅𝐄𝐋𝐈𝐗 🅷🅸🅰🆃🆄🆂Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang