30. the encounters

104 8 2
                                    

CW // (slight) dirty talk, mention of encountering (almost) public sex

. . . . .

Phuwin Tangsakyuen menghela nafas ketika sesi foto bersama diselesaikan oleh aba-aba tim fotografer di depan. Rupanya, pengumuman yang membuatnya berhasil kabur dari William itu adalah pertanda mulainya sesi foto bersama dengan teman-teman satu SMA-nya. Ya, dengan 'orang-orang' itu. Manusia-manusia penggosip yang kemudian berhasil menemukannya di atas panggung yang sama. Mereka mulai melontarkan senyum-senyum palsu (sekiranya begitu menurut Phuwin) terhadap satu sama lain, dan tentu juga kepadanya. Phuwin membalas senyuman itu, meskipun dalam hati sudah memaki-maki kalau semua tindak-tanduk itu palsu.

Ketika berfoto, untungnya Phuwin berada di sisi berlawanan dari Jane dan kawan-kawan. Ia berdiri tepat di sebelah Dew, sesekali mencuri pandang dan bahkan berusaha berdiri seakan-seakan bersembunyi di balik badan jangkung temannya itu. Dew menyadari dan sedikit bingung, kenapa temannya menjadi ciut seperti itu. Tapi kemudian Tu, yang ada di sampingnya, memberi kode melalui lirikan mata ke belakangnya. Tepat di mana para nenek dan kakek lampir itu berkumpul dan berlagak seperti yang punya pesta, paling heboh serta paling ribut sendiri. Dew akhirnya mengangguk beberapa kali, memaklumi soal itu. Sebab ia jelas tahu tensi bagaikan sengatan listrik antara Phuwin dan mereka sungguhlah besar. Lebih baik dibiarkan saja daripada semakin menjadi-jadi.

"Jujur ya," celetuk Dew pelan kepada Phuwin, membuatnya menoleh juga. "Gua khawatir muka julid lu terpampang di kamera."

"Eh, apa kamu bilang?!" Mendengar ucapan Dew barusan, Tu tentu saja langsung ikut campur. "Phuwin, awas lo ya kalau beneran. Gue suruh semuanya foto ulang!"

Dan pastinya reaksi lelaki yang dihadang pernyataan hanya memutar bola mata malas. Salah satu tangannya dilambai-lambaikan, sebuah isyarat untuk tak mengkhawatirkan keadaan dirinya. Mereka berdua terlalu berlebihan, sekiranya begitu yang dipikirkan Phuwin. Maka jadilah ia mengancam kepada sejoli itu kalau sampai hasil fotonya tidak sesuai dengan dugaan, Phuwin harus ditraktir makan malam di restoran bintang lima. Tu pastinya tidak terima dengan ini, jiwa kompetitifnya merasa terancam. Tetapi berhubung mereka bertiga masih ada di atas panggung, dan tamu-tamu lainnya sudah mulai naik menunggu giliran bertemu pengantin, Dew memisahkan percakapan keduanya sebelum acara sesi foto ini berubah menjadi ular naga panjangnya. Alias antrian tak hingga.

"Lanjut nanti dulu berantemnya, atau mau gue panggilin si 'itu'?"

Phuwin melotot meskipun Dew tidak secara langsung mengucap nama orang yang paling dihindarinya. Maka yang terjadi adalah, ketika langkah kakinya sudah sempat maju ke depan, harus mundur lagi dan mendekat ke arah para pengantin dan membisikkan tanpa suara sebuah kata. Kata yang otomatis membuat sepasang sejoli itu tertawa dan bahkan sampai tamu-tamu yang mulai mendekat terheran-heran dengan reaksi itu. Phuwin tersenyum penuh kemenangan saat melenggang dari atas panggung kemudian turun menuju area yang sudah diincar sejak tadi. Minuman dingin yang menyegarkan, karena tubuhnya entah mengapa merasa panas karena mungkin... penuhnya ruangan dengan para tamu. Atau justru, alasan lain? Tak ada yang tahu selain dia seorang.

Kata itu adalah "Bacot". Sederhana, menusuk, dan nyelekit di saat bersamaan. Tapi jujur, sebenarnya yang diketawakan Dew dan Tu bukan karena yang dikeluarkan dari mulut Phuwin. Namun, justru karena wajah lelaki itu yang seakan sudah seperti kepiting rebus. Phuwin benar-benar kesal dan berusaha menahan amarahnya sedari tadi. Tak kuat berdekat-dekatan dengan para manusia jahanam yang sering kali bergunjing seperti tak ada hari esok. Yang tak diketahui Phuwin pula, kedua pengantin itu memperhatikan sedari tadi bagaimana kawan mereka berlagak mengelilingi venue pernikahan. Matanya selalu memicing seakan tak pernah merasa aman. Beberapa dugaan mungkin saja terjadi, tetapi yang paling pas kemungkinan hanyalah dua. Enggan menemui para nenek dan kakek lampir, atau... yang telah diketahui, yaitu seorang Pond Naravit. Si pembawa lighting dari vendor fotografer pernikahan Dew dan Tu.

EXPECT THE UNEXPECTED • pondphuwin ft. dewtu ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang