Phuwin menghela nafas ketika memandangi diri sendiri di depan cermin. Satu sentuhan terakhir, melihat apakah ada yang kurang dari penampilannya. Jujur, meskipun umurnya sudah nampak semakin dewasa, semakin matang tampilannya, bahkan semakin leluasa dengan pikiran jeniusnya, tetap saja para kerabat menganggap lelaki itu paling kecil atau paling muda.
Teringatlah ia dengan suatu ucapan, "Sedewasa apapun umur seorang anak, entah sudah menginjak umur puluhan sekalipun, orang tua akan selalu menganggapnya anak-anak. Seakan baru kemarin mereka menimang diri kita yang masih bayi dalam dekapan." Dan orang tua Phuwin pun sama, meski ia sudah dianggap dewasa pula, bahkan berani merantau sendirian ke negeri orang sebelah, sang ibu masih saja menanyakan kabar sang anak yang hendak pergi makan malam dengan keluarga Tu.
Sebuah catatan, seperti yang pernah dibahas sebelumnya, keluarga mereka memang sudah dekat. Jadi sebenarnya Phuwin tak heran kalau sang ibu maupun ayah mengetahui kabar makan malam ini. Bisa dibayangkan pula kedua wanita paruh baya itu saling bertukar kabar dengan bahasa khas ibu-ibunya, yang heboh, yang berbasa-basi, dan yang terkesan spektakuler. Padahal bagi Phuwin sendiri, makan malam ini juga bukan sesuatu yang begitu formal atau bagaimana, dan ini sudah dikonfirmasi sendiri oleh Tu ketika tadi Phuwin kebingungan memandang isi kopernya, hendak memakai baju apa.
Akhirnya, diputuskanlah sebuah kemeja santai dan celana panjang santai juga. Tapi ketika sang ibu datang menanyakan kabar di pesan singkat, lantas meminta anak lelaki semata wayangnya berfoto diri di depan cermin... detik itu pula Phuwin sadar kalau sosok yang melahirkannya itu akan ikut campur dengan masalah berpakaiannya.
Maka jadilah, ketika Phuwin dari kejauhan bisa melihat dua sosok yang sangat dikenalinya, saling bersikut lengan seakan memberi kode-kodean, dan sesekali berbisik terkekeh, lelaki itu tahu kalau ia sedang dijadikan bahan candaan. Kedua matanya memicing tajam, sebelah tangan pun diacungkan seperti hendak meninju namun tak sampai.
Sosok yang lebih tinggi menggeleng-geleng, terkesan cuek tetapi sejatinya juga ingin meledek sebab setelahnya terkekeh-kekeh memandang Phuwin dari ujung kepala hingga ujung kedua kaki. Tak kalah pula dengan perempuan yang esok hari akan bersanding bersamanya hingga akhir hayat, nampak memamerkan pakaian serba santainya tapi masih dalam kategori pantas digunakan di acara makan malam bersama keluarga.
"Demi apa sih, Phuwintang?!" Lantas perempuan bernama Tu itu tertawa terbahak-bahak, sampai harus berpegangan dengan Dew agar tak hilang keseimbangan. "Nikahan gue masih besok tau!"
Phuwin yang saat ini berkemeja formal dipadukan dengan celana formal pula mendengus sambil ingin mengejar Tu tapi sayang, ia langsung bersembunyi di balik tubuh tinggi calon suaminya. "Salah banget gue minta saran dari lo."
"It's not my fault?!" balas Tu tak terima, kemudian menoleh pada Dew. Memelas padanya. "Honeydew, you're on my side right? Bilang ke Phuwin kalau aku nggak salah apapun."
Kalau saja Phuwin dan Tu tahu tentang suara hati di balik senyuman ramahnya di depan wajah, sebenarnya ia sudah lelah dengan tingkah laku kedua sahabat itu yang kalau boleh jujur, perbandingannya cuma sebelas duabelas. Alias tak ada bedanya, dan sama-sama membuat pusing. Bahkan Dew saat ini harus menikmati keduanya kejar-kejaran seperti anak kecil di sekitarnya.
Tu tak lagi bersembunyi, sebab Phuwin melihat kesempatan karena Dew sendiri nampak tak berusaha melindungi calon istrinya pula. Dikejarnya perempuan itu, mengelilingi si lelaki tinggi yang hanya bisa melihat sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Dalam hati Dew berkata, sekiranya seperti simulasi mengawasi anak-anak dalam jangkauan tempat bermain, namun bedanya kedua sosok di hadapan ini bukan sepantaran bocah-bocah lagi, tetapi para dewasa yang umurnya sudah beranjak semakin matang.
KAMU SEDANG MEMBACA
EXPECT THE UNEXPECTED • pondphuwin ft. dewtu ✔
Fiksi PenggemarPhuwin gerah mendapati pertanyaan "kapan nikah?" yang tak berkesudahan. Tak disangka pertanyaan itu akan berhenti karena menghadiri pernikahan sahabatnya, dan pertemuan dengan seorang penumpang di pesawat bernama Nara. [COMPLETED] SOCIAL MEDIA & NAR...