“Aku terlalu gegabah. Aku terlalu ingin menghancurkannya tanpa ingat bahwa separuh kekuatanku telah lama hilang.”
p a r o q u e t
“Akhirnya kau kembali!”Jennie menampik tangan besar yang coba memeluknya itu. Memasang wajah siaga membuat pemuda di hadapannya menghela napas. Sampai kapan dia akan dianggap penjahat begini? Ia menyusul Jennie ke Swiss dengan menguras uang tabungan dan menjual aset keluarganya lantaran khawatir perempuan itu dalam bahaya. Namun, perempuan itu malah menganggap bahwa dialah bahaya itu. Jung Jungkook kurang menunjukkan kasih sayangnya yang seperti apa lagi, sih?
“Aku mau mengambil obatku,” jawab Jennie.
Perempuan itu masih dingin sekali. Meski begitu Jungkook tahu Jennie sedang mengisyaratkan agar Jungkook menyingkir dari pintu apartemennya karena ia ingin masuk ke dalam. Jennie tidak bisa tidur tanpa obatnya. Terkadang, dia juga bisa mengamuk tanpanya. Maka Jungkook putuskan mengekori perempuan itu. Ingin mengorek informasi karena ia masih bertanya-tanya ke mana Jennie pergi seminggu ini. Dia bukannya sudah menemukan Im Taehyung, 'kan? Kendati tahu ke mana pria itu kabur, Zurich itu luas.
“Kau akan pergi lagi setelah ini?” tanya Jungkook ketika ia melihat perempuan itu juga menjejalkan beberapa helai pakaian ke dalam tasnya.
Mereka saling berhadapan lagi dan Jennie masih menatapnya tajam.
“Aku sudah menemukannya.” Dia bilang.
Jungkook tahu semua ini pasti akan terjadi. Namun, kenapa ini masih saja membuatnya merasa sedih meski ia telah mempersiapkan diri?
“Maksudmu pria tua itu?” tanya Jungkook memastikan.
Perempuan itu mengangguk sekali. Meski ia tidak pernah menyukai penyebutan itu. Im Taehyung tidak setua itu.
“Aku akan tinggal di rumahnya. Aku ingin memperjuangkan cintaku. Aku merasa Ahjussi dalam bahaya,” jelas Jennie panik.
Melihat itu Jungkook memicingkan mata heran. Dicengkeramnya kedua lengan perempuan itu membuat Jennie merintih.
“Kau yang dalam bahaya, Jane! Bagaimana kalau kau ketahuan?”
“Ahjussi ada di pihakku. Dia pasti akan melindungiku,” jawab Jennie yakin.
“Dia yang meninggalkanmu tanpa alasan. Dia yang membuatmu hampir mati. Apa kau masih tidak menyadari itu? Kita datang untuk membalasnya, itu ‘kan katamu?” bentak Jungkook kemudian.
Tanpa sadar ia menyentak hingga Jennie mundur selangkah dan ketakutan. Jungkook adalah orang yang mudah marah meski ketika dia merasa sayang, ia akan melindungi dengan segenap jiwa raga. Berubah psiko demi mempertahankannya. Juga mendadak panik ketika tak sengaja menyakiti. Sampai sekarang Jennie tidak bisa menebak suasana hati Jungkook dengan benar.
“Aku ... aku masih mencintainya, Kook,” ujar wanita itu membuat Jungkook menggeram frustrasi.
“Persetan dengan cintamu, Jane. Kau tidak konsisten!”
“Ahjussi meninggalkanku karena wanita itu mengancam akan membongkar hubungan kami pada publik. Dan sekarang dia pura-pura akan mati. Ahjussi tidak bersalah.”
KAMU SEDANG MEMBACA
PAROQUET (✓)
FanfictionJodoh itu bisa dengan siapa saja. Aku bahkan tidak sekali pun berencana untuk menetap di sisinya selagi dia menetap di hatiku. Hanya saja kadang aku menyalahkan Tuhan ketika jiwa tak tahu diriku menolak kenyataan, bahwa aku lahir lebih lambat dua pu...