“Kupikir, aku sudah melakukan hal yang benar, tapi setelah sadar, aku hanya tengah berusaha menjadi terlihat semakin buruk di matamu.
Apa pada akhirnya aku akan ditinggalkan? Lagi?”
p a r o q u e t
“Halo, Sayang. Aku merindukanmu.”
“Ada Nyonya Baek di sampingmu. Kau bisa membayangkannya sebagai aku dan menidurinya lagi.”
“Oh, Sayang, ayolah. Kau masih marah?”
“Kau bahkan tidak memberitahuku akan pergi ke mana. Apa aku tidak boleh marah?”
“Irene butuh ketenangan. Aku tidak ingin kau melakukan sesuatu yang aneh.”
“Apa yang kau pikir akan kulakukan padanya?”
Taehyung diam. Tidak terpikirkan apa pun. Namun, jika Jennie sudah bertanya demikian, otomatis ia berburuk sangka. Perempuan ini sungguh tak bisa ditebak. Tidak ada yang tahu apa yang tengah Jennie rencanakan. Taehyung hanya tidak ingin perempuan itu melakukan sesuatu yang tidak pantas seseorang sepertinya lakukan. Taehyung ingin perempuan itu tetap terjaga. Meski itu sulit, sebab terlalu banyaknya hal yang menempa perempuan itu sebelum ini.
“Sedang apa?”
“Memikirkanmu.”
Ketus sekali. Meski begitu tak dapat membuat Taehyung menahan diri untuk tersenyum. Membayangkan kekasihnya itu tengah berbaring merana sambil merengut, Taehyung mungkin mulai gila karena ia merasa adrenalinnya terpacu lantaran membayangkan betapa manisnya Jennie saat ia memberi perempuan itu sedikit penderitaan.
“Aku juga,” balas Taehyung, dan Jennie kembali diam tak membalas.
Dia mungkin kesal sekali.
“Pergilah ke dapur dan tuang susu di kulkas. Tidur yang nyenyak.”
“Aku tidak bisa tidur jika tidak memelukmu.”
“Lusa aku kembali.”
“Lama sekali.”
“Hanya tinggal ... lima puluh jam lagi dari sekarang.”
“Terserah!”
Tut ... Tut ... Tut ...
Jennie benar-benar marah. Mungkin Taehyung harus membawakan perempuan itu oleh-oleh yang istimewa saat pulang. Di dekat penginapan ia sempat melihat toko suvenir saat datang. Taehyung mungkin bisa menemukan sesuatu yang menarik di sana. Lagi pula malam belum terlalu larut dan perutnya kembali keroncongan. Mumpung Irene tidur, ia akan berkeliling sebentar.
Berhati-hati, ia memastikan Irene tidur ketika mengambil dompetnya di atas nakas. Satu kecerobohannya, dia membawa dompetnya, tapi lupa mengambil kembali ponselnya yang sempat ia letakkan dan pergi seolah tak akan ada penyusup yang masuk.
Padahal, Irene tidak bisa tidur lantaran terus teringat dengan sosok misterius yang ia lihat senja tadi. Meski merasa bahwa sosok itu adalah Jennie, ia tidak punya bukti bahwa benar perempuan itu yang ia lihat. Lagi pula untuk apa Jennie mengikutinya hingga kemari? Punya masalah apa perempuan itu dengannya? Memikirkannya hanya membuat Irene makin takut.
KAMU SEDANG MEMBACA
PAROQUET (✓)
FanfictionJodoh itu bisa dengan siapa saja. Aku bahkan tidak sekali pun berencana untuk menetap di sisinya selagi dia menetap di hatiku. Hanya saja kadang aku menyalahkan Tuhan ketika jiwa tak tahu diriku menolak kenyataan, bahwa aku lahir lebih lambat dua pu...