25. Bulan Madu?

342 59 7
                                    

"Bersenang-senanglah.

Esok aku datang.”


p a r o q u e t


Tiba-tiba terlintas pikiran nyeleneh di kepala Irene ketika ia menyaksikan pemandangan terakhirnya sebelum meninggalkan gerbang rumah. Padahal, Jimin sudah mempunyai istri yang sangat cantik, tapi kenapa ia terlihat masih cocok berdiri berdampingan dengan Jennie, ditambah Adam di tengah-tengah mereka?

Sayang, Jennie itu sedikit gila. Juga menakutkan setelah Irene sadari.

Perempuan itu jarang tersenyum akhir-akhir ini entah apa sebenarnya yang telah ia itu alami. Mungkin Jennie sedang menghadapi banyak masalah sehingga nuansa hatinya tidak mendukungnya untuk bersikap ceria. Itulah sebabnya Irene tidak bisa menyerahkan Adam padanya selagi ia pergi bersama Taehyung. Dari yang Irene tahu, penderita Bipolar memiliki suasana hati yang tidak menentu. Mudah senang, mudah sedih, mudah marah. Tidak cocok untuk dititipi seorang anak kendati hubungan Jennie dan Adam terjalin sangat baik.  Jimin bisa diandalkan. Chaeyoung juga pasti senang bersama Adam dan Irene lebih tenang anaknya bersama wanita itu dibanding Jennie. 

Meski untuk beberapa hal yang ia sesali, Irene berhutang ribuan maaf pada Chaeyoung.

“Tidurlah, nanti kubangunkan begitu kita sampai.”

Mendengar seruan itu, Irene tersenyum. Setelah banyaknya waktu yang ia korbankan, akhirnya ada juga saat-saat di mana ia bisa menghabiskan waktu bersama suaminya. Tanpa Adam, tanpa ketegangan—karena Irene yakin Taehyung tidak akan banyak marah setelah dokter menasihatinya. Irene harus dimanjakan. Irene harus dibahagiakan. Dan Taehyung tidak bisa menolak jika itu demi kesehatan calon buah hati mereka.

“Tidak apa-apa. Aku ingin menikmati perjalanan ini. Sudah lama ... sekali rasanya sejak terakhir kali aku jalan-jalan,” ungkap Irene sumringah.

“Oh?” Pria itu menurut. “Jangan terlalu lelah.”

Senyum Irene kian merekah. Ia tahu sebenarnya Taehyung pria yang pemalu. Ia terlihat dingin dan keras karena ketidakberdayaannya mengatasi rasa malu. Dan perhatian-perhatian kecilnya selalu bisa membuat Irene takjub, senang, dan merasa amat sangat beruntung. Ia harap dengan perjalanan ini hubungan mereka bisa diperbaiki dan menjadi lebih baik. Juga doa mustahil yang masih Irene minta tanpa bosan pada Tuhan adalah, semoga Taehyung bisa mencintainya.

Perjalanan mereka tidak memakan terlalu banyak waktu mengingat usia kandungan Irene yang masih sangat muda dan lemah. Taehyung hanya membawanya ke kota terdekat. Salah satu desa bernama Marthalen yang masih menjadi bagian dari Kanton Zurich. Menikmati alam dan suasana asri pedesaan. Padang rumput memanjakan sepanjang perjalanan. Rumah-rumah yang mereka lihat memiliki bentuk yang seragam. Rumah berbingkai kayu bercat putih merah.

Taehyung juga butuh penyegaran. Oksigen di otaknya terasa mulai menipis. Dua jam perjalanan, mereka akhirnya sampai.
Turun dari mobilnya, Irene merasa tengah menyelam ke dalam film favoritnya—Twilight. Rumah singgah yang akan mereka tempati terletak cukup jauh dari pusat kota. Masih asri dengan rerumputan subur di kanan dan kiri jalan. Bangunannya artistik dengan kesan kuno yang kental. Rumah kayu yang sederhana. 

Pintu dan pagar semuanya terbuat dari kayu. Yang istimewa, di bagian belakang berbatasan langsung dengan danau dengan pemandangan pegunungan hijau yang menakjubkan. Benar-benar memanjakan mata dan badan. Rasanya Irene langsung sembuh begitu datang. Namun, karena awal musim gugur, nuansanya jadi sedikit gelap dan teduh. Di tempat ini, ia mungkin akan sering tidur karena hawanya yang sangat dingin. Jika pasangan pengantin yang datang, mereka mungkin akan pulang membawa kabar baik. Semoga ia dan Taehyung juga.

PAROQUET (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang