Bel istirahat kedua baru saja berbunyi. Setelah Guru mengucapkan salam dan meninggalkan kelas, Khaliza menoleh pada bangku belakangnya yang tidak berpenghuni dengan meja yang berantakan oleh seragam putih abu. Raihan dan Mahesa belum kembali dari ruang BK. Entah apa yang terjadi di sana, dia khawatir masalahnya akan bertambah serius.
Di sampingnya, Wilona yang sudah siap dengan membawa laptop dan buku berbicara padanya.
"Liz, gue ke perpus ya."
Khaliza mengangguk dan mengepalkan tangannya di udara. "Semangat belajarnya, Wilo."
"Thanks, Liza!"
Wilona pergi meninggalkan kelas dengan semangat. Mengisi jam istirahat kedua dengan belajar di perpustakaan sekolah telah menjadi rutinitas yang wajib dia lakukan. Sering kali Khaliza merasa heran dengan Wilona yg masih memiliki semangat untuk belajar sementara teman satu kelasnya yang lain mulai menelungkupkan wajahnya di atas meja untuk tidur.
Saat Khaliza berdiri dari tempat duduknya berniat untuk pergi memeriksa keberadaan Raihan di ruang BK, dua orang siswa yang masih mengenakan pakaian olahraga dengan rambut yang sedikit berantakan memasuki kelas. Tidak lain lagi, mereka adalah Raihan dan Mahesa.
Sementara Mahesa pergi menuju bangkunya, Raihan tersenyum pada Khaliza, menghampirinya dan bertanya.
"Kamu mau kemana? Ke kantin?"
Khaliza menggelengkan kepalanya. Dia memberi isyarat pada Raihan untuk menunduk. Saat Raihan menundukkan kepalanya, dia menyisir rambutnya dengan jari tangannya. Rambut tebal kecoklatan alami yang halus milik Raihan ditata dengan baik olehnya.
"Tadinya aku mau nyari kamu ke ruang BK. Aku khawatir kamu sampai lewat satu mata pelajaran, takut masalahnya tambah serius."
"Kamu gak perlu khawatir, Esa jago bohong, jadi masalahnya cepat selesai. Tadi aku ikut dia bolos ke ruang musik. Bu Rani 'kan tegas, kalau telat gak bisa masuk kelas, jadi ya sekalian bolos aja."
Itu alasan yang masuk akal. Bu Rani adalah guru yang paling mengutamakan kedisiplinan. Tentunya, tidak akan pernah menerima toleransi apapun bagi siswa yang terlambat.
Mahesa membawa seragamnya yang tergeletak di atas meja. Dia bertanya pada Raihan.
"Lo mau ganti sekarang gak?"
Sejenak Raihan mengalihkan pandanganya pada Mahesa, dia mengangguk.
"Kalau kamu mau ke kantin, tungguin aku ganti baju dulu ya."
"Jangan lama-lama."
Memenuhi permintaan Khaliza, Raihan mengganti pakaiannya secepat mungkin. Saat ini, dia dan Khaliza sedang berjalan beriringan menyusuri koridor menuju kantin. Sesekali mereka mengeluarkan lelucon receh yang berhasil mengundang tawa. Sebagai informasi tambahan, Khaliza tidak pernah absen mendatangi kantin setiap jam istirahat.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABCDLOVE
Подростковая литератураIni adalah kisah empat orang remaja yang memiliki kehidupan berliku yang dipenuhi oleh tawa, persahabatan yang tak terduga, dan cinta.