Sejak pagi, suara gaduh terdengar di samping rumahnya. Rumah kosong yang tidak dihuni selama berbulan-bulan itu akhirnya telah menemukan pemilik baru. Beberapa mobil pick up yang mengangkut barang terparkir di sepanjang jalanan depan rumahnya.
Meski suara gaduhnya membuat Wilona merasa terganggu, dia tidak mempermasalahkannya. Itu hal yang wajar bagi orang yang sedang membenahi barang pindahannya.
Wilona berjalan melewati beberapa rumah untuk sampai di gerbang perumahan dengan earphone yang memutar lagu Daydreamin' milik Ariana Grande yang terpasang di telinganya.
Saat melakukan kontak mata dengan satpam, Wilona melepaskan salah satu earphone-nya, tersenyum, dan menyapa.
"Siang, Pak."
Satpam itu membalas Wilona dengan tersenyum dan bertanya.
"Siang juga, Neng. Mau kemana?"
"Mau beli es krim di depan, Pak."
"Oh, gitu. Hati-hati di jalan ya, Neng."
"Iya, Pak. Makasih ya."
Wilona kembali memasang earphone di telinganya dan melangkahkan kakinya menuju toko es krim yang tidak jauh dari tempat tinggalnya. Hanya memerlukan waktu 20 menit sehingga dia tidak perlu menaiki kendaraan untuk sampai disana.
Sesampainya di toko es krim, Wilona melihat antrian yang begitu panjang. Sejenak dia berpikir mungkin orang-orang yang sedang mengantri juga memiliki pemikiran yang sama dengannya bahwa di cuaca tengah hari yang terik ini akan terasa lebih baik jika memakan es krim. Tidak apa-apa, dia akan menunggu dengan sabar.
15 menit berlalu, akhirnya Wilona mendapat giliran untuk melakukan pemesanan. Wilona membuka bibirnya untuk menyebutkan pesanannya. Namun, laki-laki yang entah darimana dan sejak kapan berdiri di sampingnya mengeluarkan suara terlebih dahulu.
"Es krim vanilla pake cone satu ya, Kak."
"Baik, Kak. Mohon ditunggu ya."
Karyawan itu membalasnya dan segera menyiapkan pesanan laki-laki itu. Dalam sekejap, ekspresi wajah Wilona berubah menjadi kesal.
"Enak banget ya nyela antrian, emang gak bisa sabar buat nunggu di belakang?"
Mendengar sebuah suara, laki-laki itu menoleh pada perempuan di sampingnya, mendapati wajahnya yang dipenuhi ekspresi kesal. Saat matanya beralih pada antrian panjang di belakangnya, raut wajahnya tidak jauh berbeda dengan perempuan di sampingnya, mereka tampak kesal. Namun, dia membalasnya dengan santai.
"Oh, sorry. Gua lagi buru-buru."
Karyawan es krim itu telah selesai menyiapkan pesanannya dan menyerahkannya. Laki-laki itu mengeluarkan uang pas dari dompetnya untuk membayarnya.
Wilona berkata dengan nada sinis.
"Dih, lo kira kita yang ngantri juga gak lagi buru-buru?"
"Ya udah sih, maaf."
KAMU SEDANG MEMBACA
ABCDLOVE
Підліткова літератураIni adalah kisah empat orang remaja yang memiliki kehidupan berliku yang dipenuhi oleh tawa, persahabatan yang tak terduga, dan cinta.