Chapter 07 - Am I not a precious child anymore?

140 56 31
                                    

Dua hal yang selalu menyambut Raihan saat pulang dari sekolah adalah keheningan dan Bibi, yang merupakan pengasuhnya sejak kecil, keluar dari dapur untuk menawarkannya jus mangga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dua hal yang selalu menyambut Raihan saat pulang dari sekolah adalah keheningan dan Bibi, yang merupakan pengasuhnya sejak kecil, keluar dari dapur untuk menawarkannya jus mangga.

Hari ini pun tidak ada yang berubah. Saat Raihan memasuki rumah, hal pertama yang menyambutnya adalah keheningan. Dia bahkan tidak mendengar suara gemerisik dedaunan di luar sana.

Di langkah ketiga saat kakinya menaiki anak tangga, Bibi akan keluar dari dapur dengan memakai celemek motif kotak-kotak untuk menawarkannya jus mangga.

"Eh, Aa, sudah pulang? Mau Bibi buatkan jus mangga seperti biasa?"

Dan Raihan akan selalu tersenyum ketika menjawab, "Iya, Bi, tolong antar ke kamar ya." sebelum dia melanjutkan langkahnya menuju kamarnya.

Memasuki kamar, Raihan segera memindahkan kursi belajarnya ke depan aquarium dan berseru "My babies, I'm home!" pada ikan-ikan peliharaannya yang sedang sibuk berenang tanpa mengganti seragamnya atau bahkan menyimpan backpack-nya terlebih dahulu.

"Kalian pasti lapar ya? Mau makan?"

Raihan tetap bertanya pada ikan-ikannya meskipun dia tahu, dia tidak akan pernah mendapatkan jawaban atas pertanyaannya. Dia segera mengambil pakan ikan dan mulai menaburkannya ke atas permukaan air.

"Makan yang banyak ya."

Setelah mengatakannya, Raihan duduk memandangi ikan-ikannya yang mulai menyantap makanan yang dia berikan dengan mata yang berbinar. Dia tidak akan pernah berpaling sampai akhirnya dia mendengar suara pintu yang diketuk.

"Ini Bibi bawakan jus mangga, A."

"Masuk, Bi."

Pintu terbuka. Bibi segera menghampiri Raihan dengan membawa nampan yang menyimpan segelas jus mangga di atasnya.

"Silahkan, A."

Raihan mengambilnya dan mengucapkan terima kasih padanya. Saat hendak meminumnya, Bibi mengatakan sesuatu yang membuatnya terkejut.

"Tadi Nyonya kasih pesan ke Bibi untuk disampaikan ke Aa, katanya besok pagi tolong turun ke ruang makan untuk sarapan bersama sebelum berangkat sekolah."

Mata Raihan perlahan melebar. Sarapan bersama? Sudah lama dia tidak mendengar permintaan itu dari orang tuanya. Terakhir kali, itu dilakukan dua minggu yang lalu di hari pertama dia duduk dibangku kelas XI.

"Serius, Bi?"

"Serius, A, masa Bibi bohong. Kalau begitu, Bibi izin ke dapur lagi ya, A."

Sementara Bibi pergi kembali ke dapur, Raihan masih sibuk dengan pikirannya. Dia merasa senang sekaligus tidak menyangka bahwa besok dia akan sarapan bersama orang tuanya sebelum pergi sekolah. Dia berpikir, dia harus memanfaatkan situasi ini untuk bicara pada mereka mengenai surat izin latihan untuk pensi akhir tahun nanti.

Raihan menyimpan jus mangga yang belum sempat diminum di atas meja, dia segera mengeluarkan handphone-nya untuk memberi kabar bahagia ini pada Khaliza. Khaliza akan selalu menjadi orang pertama yang menerima kabar baik maupun buruk darinya.

ABCDLOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang