10. Mampus!
"Bundaaa" Aldo berlari menuju Agell merentangkan kedua tangannya lebar-lebar. "Gak usah deket-deket,gue cape arkh" Agell mendorong kuat kepala pemuda mulet itu yang hendak memeluknya. Aldo terenggut kesal menghentakkan kakinya di aspal persis seperti bayi monyet yang tidak mendapat makan dari sang ibu.
Saat ini mereka sudah berdiri di depan rumah Agell. Agell dan Kris muncul dari arah kiri jalan, sedangkan Aldo dan Gino dari arah kanan jalan. Kalian mau tau di mana Alfa dan Barra? Kedua pemuda itu sedang asing memakan sate panggang di depan rumah Agell sambil menyaksikan drama di depan sana.
"Alfa bagi satenya" Agell merebut paksa sete yang hendak digigit Alfa. Alfa memilih mengabaikan,ia mengambil sate baru. Tenang saja sate ini sudah di borong Alfa, sengaja untuk menemani keduanya menunggu para anak kurcaci lainnya yang sedang berkeliaran. Saat akan memasukan sate ke dalam mulutnya dengan cepat Agell merebutnya lagi. Alfa menatap datar gadis bontot di depannya "apa Lo liatin gue kaya gitu" balas Agell melototi Alfa .
"Cape banget gue gak sanggup napas" keluh Aldo membaringkan tubuhnya di atas rumput.
"Lebih cape gue jalan dari komplek Anggrek ke sini mana di kejar anjing lagi kan oaasu" timpal Kris menggigit sate di tangannya. Emmm sedap.
"Bahahha rasain tuh siapa suruh lari ninggalin kita, makan tuh karma!" tawa Barra pecah melihat muka lelah para sahabatnya. "Lo gak tau ajah rasanya ngejar yang gak pasti" ucap Aldo dengan kedua tangan di kepala, ia menatap langit biru yang cerah. Sangat indah.
"Ngejar yang gak pasti?maksudnya" sahut Agell, ia bingung bukankah Aldo sekarang udah punya pacar si Tiara? Agell liat juga mereka fine-fine ajah gak ada problem.
"Gin jelasin. Gak sanggup gue" Aldo menepuk lengan Gino yang duduk di sampingnya. Wajahnya di buat sedramatis mungkin, emang tengil ni anak.
Gino mengangguk mengambil napas dalam-dalam "Lo tau? Gue sama Aldo tadi bantuan Abang satu ngejar maling dari satu komplek ke komplek lain terus naik bajai, nih anak nyetirnya gak ketolong anjing ngebut banget gue hampir ngompol tadi " ia menepuk kuat paha Aldo. "Bangsat sakit bego " pekik Aldo panas bener pahanya oiiii. Mereka tak menghiraukan pekikan itu, memasang wajah seserius mungkin mendengarkan dengan seksama cerita derita Aldo dan Gino versi Gino sambil di temani sate panggang sesekali di masukkan ke dalam mulut.
"Terus terus" desak Kris ia tak sabar mendengar penderitaan sahabatnya itu.
"Terus nih yaa" mereka mengangguk "tuh maling belok masuk ke gang eh ada anak kecil main bola ma-"
"Ronaldo wati rambut di gunting pala botak" sambar Kris dengan nyanyian sumbangannya"
"Ish ni anak ayam pake koar segala" Alfa menginjak kuat kaki si pria cantik itu membuatnya meringis.
"Lanjut"
"Nah ni maling jatuh dari motor eh bukannya kapok malah lari lagi dia. Kita turun deh dari bajai terus kita kejar dia"
"Lah goblok ngapain turun, dia lari kalian pake bajai mana yang cepet? Tinggal setttt dapat" umpat Agell reflek berdiri. Emang gak ada otak ni anak.
Gino meringis "iya juga yaa napa pake turun segala? Aaa bodo amat lanjut... Kita kejar malingnya sampe ke sudut gang, malingnya berhenti karena emang gak ada jalan alias buntu. Otomatis kita juga ikut berenti dong"
"Kalian gak langsung gebukin ajah tuh maling" sahut Barra
"Tadinya si gitu tapi...Lo tau malingnya ngomong apa?" Mereka kompak menggeleng "si maling ngomong gini ~gue pinjam bentar, pelit banget Lo~" ucap Gino meniru si maling.
"HAHAHAHHAHA"
"NGAKAK ANJINGG"
"BANGSAT BENER IDUP LO BERDUA HAHAHA"
Pecah sudah tawa keempat kurcaci itu, membayangkan bagaimana jika mereka berada di sana dan melihat kejadiannya secara live. Astagaaaa gak kuat...
Mereka tertawa terpingkal-pingkal, Agell menepuk kuat punggung kokoh Alfa melampiaskan hasrat tertawanya. Kebiasaan betina. Sedangkan Kris kini sudah berguling-guling di atas aspal.
"HAHAHAHA M-A TO THE MPUS... MAMPUS!"
Gelak tawa mengisi kesunyian jalan, meninggalkan Gino dengan muka masam karena di tertawai, sedangkan Aldo? Ia sudah tertidur pulas sambil mendengkur keras sedari tadi dengan mulut terbuka. Lalat ayo masuk.
Gino mendengus mendengar ledekan mereka, ia meraih piring yang tergeletak di atas bangku dan memakan sate sepuasnya, biarlah mereka tertawa yang penting perutnya kenyang.
______________
Sore ini Alfa, Agell, dan Aldo sedang duduk nangkring di depan teras rumah Alfa. Ketiga remaja itu duduk lesehan di lantai tanpa alas, mereka duduk bertingkat sesuai anak tangga sambil menatap langit yang sebentar lagi akan gelap.
"Do" panggil Agell memecah keheningan
"Hmm" Aldo mengangkat kepalanya hingga menatap Agell yang lebih tinggi darinya karena posisi duduk mereka sekarang.
"Mau Yupi"
"Dih napa mintanya di gue biasanya juga si Yunani kuno" Yunani kuno disini adalah Kris, dia lah yang selalu siap sedia yupi di kantungnya karena memang hobinya menjahili Agell sampai menangis lalu ia akan membujuknya dengan Yupi.
"Kan Tian gak ada di sini" entahlah dimana kurcaci lainnya itu Agell sendiri tak tahu
"Derita Lo" Aldo kembali menatap langit. Agell mendengus, ia beralih melirik alfa "Alf-" belum juga satu kata ia ucapkan sudah terpotong saja
"Gak ada!" Sahut Alfa tak membiarkan Agell menyelesaikan ucapannya."Ishhh nyebelin banget Lo berdua" Agell cemberut, ia melipat kedua tangannya di depan dada.
Alfa tersenyum geli melihat tingkah si gadis bontot itu, ia memeluk Agell dari belakang menempatkan dagunya di atas pucuk kepala Agell sambil menghirup aroma lavender yang memabukkan. Wangi yang menjadi candu mereka, para the kurcaci boy.
Suasana kembali hening tak ada yang berniat membuka suara, mereka larut dalam pikiran masing-masing hingga tiba-tiba saja hujan turun dengan derasnya. Mereka akhirnya bangkit berdiri, memutuskan untuk masuk ke dalam rumah sambil menyeret Agell si gadis bontot yang ingin bermain hujan. Agell suka hujan.
TBC...
Next part
Agell kepada hujan... titipkan rindu untuk yang di atas sana yaa.
🌧️
Next part...
KAMU SEDANG MEMBACA
Rabyell Alfagell
Adventure~Rabyell Alfagell~ "Bukan aku yang diceritakan tapi aku yang akan menceritakan" Narasi tentang kisah persahabatan abadi antara 6 sekawan yang didalamnya terdapat 1 gadis yang menjadi kunci utama persahabatan mereka. Mereka menganggap gadis ini sebag...