Bahkan luka pada tubuh Nalen pun tidak terasa sakit, sebab berpindah pada batin Nalen yang tersakiti oleh cacian dari Bang Madha.
Tanpa disangka Nalen, dengan tega bang Madha mengucapkan kata sumpah serapah kepadanya.'Gue gak salah! Gue gak salah! Yang salah dia' -Nalen
~~~~
Pikiran yang berkecambuk ditambah nyeri di dada yang terus menjalar, akhirnya Nalen pergi untuk sekedar menghirup udara segar diluar.
Nalen pun melangkahkan kakinya ke taman, dengan angin yang menerpa wajahnya ditambah kicauan burung yang menjadi pengisi kekosongannya.
Nalen yang tengah sibuk melamun dengan isi pikiran yang kacau pun tidak menyadari kehadiran dari Carel.
Carel pun segera menepuk pundak agar Nalen tersadar dari lamunannya."Lagi ngapain disini sendiri? Mana ngelamun lagi kagak takut kesambet apa?" Ucap Carel sembari mendudukkan diri disamping Nalen.
Nalen menghela nafas,
"Gue lagi mau menghirup udara segar aja dimalam hari, selagi penyakit gue gak kambuh" kata Nalen sembari menatap langit-langit malam yang dipenuhi dengan bintang yang menyinari."Lo belum bilang ke Abang lo soal penyakit lo?" Tanya Carel
"A Harry doang yang udah tau itupun cuma penyakit asma yang dia tau karna waktu kambuh posisinya ada dia dirumah" jawab Nalen
"Kenapa lo gak sekalian bilang penyakit lo yang itu? Mau sampai kapan lo sembunyiin penyakit lo terus Na?" Kata Carel
"Gak tau. Gue bingung. Satu sisi gue gak mau bikin para abang kepikiran dengan gue sakit. Belum lagi bang Madha yang kerja mati-matian buat gue sama a Harry. Belum lagi bang Madha selalu ribut sama a Harry perkara gue yang selalu ngerengek ingin ketemu bang Madha.
Apapun hasilnya nanti, kalau umur gue gak panjang gue udah ikhlas Rel" ucap Nalen dengan perasaan yang sedikit sedih."Jangan putus asa dulu! Lo lawan sebisa lo. Gue yakin lo pasti bisa sembuh kalau kemauan lo untuk sembuh itu tinggi. Ada gue yang bakal ada disisi lo buat nemenin lo kemo. Jadi gue mohon lo jangan nyerah Na" ucap Carel sembari memeluk tubuh Nalen. Tanpa disangka airmata mereka pun keluar tanpa permisi.
~~~~
Hari mulai gelap dan angin mulai terasa dingin menembus masuk ke dalam serat-serat baju, Nalen melangkahkan kaki menuju kembali kerumah yang sunyi.
Saat tiba didepan rumah Nalen melihat mobil milik bang Madha terparkir, ia mempunyai firasat bahwa dirinya akan dimarahi. Dan benar saja baru saja membuka pintu Nalen sudah dihadapkan dengan bang Madha.
Dengan tangan yang memegang pinggang dan mata yang mengintimidasi bang Madha mulai menghampiri Nalen."Dari mana saja kamu?" Ucap Madha dengan nada dingin
Nalen terdiam sebentar,
"Habis dari taman sebentar bang" jawab gugup Nalen."Abang mau ngobrol, duduk." Ucap Madha sambil menunjuk kursi dihadapannya.
Nalen pun duduk dengan perasaan gaduh,
"Abang gak ngerti sama kamu dek. Bisa-bisanya kamu ngelakuin itu disekolah? Kamu gak tau kalau orang tua korban kamu bilang kalau anaknya luka-luka akibat perkelahian itu" kata Madha dengan nada yang sedikit tinggi.
Nalen yang mendengar pernyataan tersebut kaget, sebab ia pun tidak pernah memukulnya bahkan sebelum guru itu datang. Ia dijadikan mainan oleh temannya agar Yefran tidak mendapatkan hukuman. Walaupun Nalen juga tidak mendapatkan skors tapi ia mendapat pelanggaran akibat kejadian kemarin.
"Tapi bang, adek berani sumpah. Adek gak pernah mukul dia. Bahkan adek yang kena pukul dia." Bela Nalen.
"Mau apapun alesan kamu! Kalau kamu ketahuan dan dapat kabar dari guru BK lagi Abang gak segan-segan buat habisin kamu ya!
Abang capek, mati-matian kerja buat kamu sama buat Harry tapi balesan kamu ginih?"
"Jangan bikin Abang nyesel buat ngurus kamu ya! Harusnya kamu mikir Nalen bukan gak tau diri kayak ginih" Ucap Madha emosi.Harry yang baru pulang kuliah pun kaget mendengar suara keributan didalam dengan cepat ia berlari masuk. Mendapati bang Madha yang tengah emosi dengan Nalen yang menangis tersedu-sedu.
Harry dengan cepat menghampiri mereka,
"Bang, Nalen gak salah. Itu anak berandal duluan yang udah nyiksa adek lo!" Bela Harry."Lo gak usah ikut campur ya! Lo sama Nalen sama aja. Lo dulu juga berandal disekolah gak inget apa orang tua kita capek hadapi lo yang terus menerus buat masalah! Dan sekarang lo bela adik lo yang salah?" Ucap Madha
"Emang paling bener gue itu harusnya gak ngurusin lo berdua! Bikin gue gila, bisa-bisanya gue mati muda ngadepin tingkah laku kalian!" Ucap Madha sembari pergi meninggalkan mereka.
Nalen yang terus menerus nangis sudah tidak tahan menahan rasa sesak di dadanya, ia meremat dada dan memukul-mukul dadanya yang terasa nyeri,
"Adek gak salah. Adek disinih korban. Mereka udah bohong dengan bilang mereka korban dan bang Madha percaya dengan ucapan mereka" ucap Nalen terbata-bata karna menahan sesak yang menyeruak di seisi dadanya.
Nalen menjatuhkan diri sambil terus menerus memukul dadanya sebab ia tak kuasa menahan sakit yang teramat sakit menyerang dengan nafas yang tersengal-sengal dan airmata yang luruh membuatnya semakin sulit untuk bernafas.
Harry yang melihat dilanda kepanikan, Ia mengambil inhealer dan memberikannya kepada Nalen serta menahan tangan Nalen yang terus menerus menyiksa dadanya.
Namun sia-sia nafasnya tetap tidak kembali normal, nafasnya begitu cepat dengan airmata Nalen yang terus menerus turun. Dengan perasaan panik ia gotong Nalen dan memaksa untuk pergi ke rumah sakit.
Disepanjang jalan Nalen masih berusaha untuk menghirup inhealer walaupun tidak ada perubahan,
"Dek tahan sebentar ya. Bentar lagi kita sampai" ucap Harry sembari memegang tangan Nalen yang sudah mulai mendingin.Tidak ada pergerakan dari tangan Nalen membuat Harry dilanda ketakutan.
'Gak ya dek! Lo gak boleh ninggalin Aa, bertahan sebentar lagi. Aa mohon' gumam Harry dengan airmata yang ikut turun.
Selamat membaca yaa, Semoga suka🤍🤍
Jangan lupa vote+komen agar bubub makin semangatt updatenya✨✨
![](https://img.wattpad.com/cover/371946272-288-k560647.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Raga Tanpa Jiwa ✅
Teen FictionNalen sosok pria manis yang berjuang sendiri dikerasnya dunia. Melewati berbagai macam jenis rintangan yang menerpa dirinya, Sampai hal yang mampu membuat dirinya begitu rapuh.