Hari ini Nalen menginjakan kakinya lagi untuk yang kesekian kalinya dimana ketempat yang Nalen sungguh membencinya.
Nalen berjalan di koridor rumah sakit menuju tempat kemo setalah berjanjian dengan dokter Jefran."Na, susah siap?" Tanya Jefran
Nalen yang merasa gugup hanya dapat mengangguk.
"Baik kalau gituh kita mulai kemo nya ya" ujarnya lagi
"Iya dok" jawab Nalen
Setelah beberapa jam menghabiskan waktu untuk berkemo, kini akhirnya selesai.
"Ini obatnya jangan lupa diminum ya, Kalau ada keluhan langsung hubungi saya" ujar Jefran
"Semoga lekas membaik ya, semangat buat pertemuan kita selanjutnya" ujarnya lagi.
"Makasih banyak dok, saya permisi dulu" ujar Nalen seraya bangkit dari duduknya
~~~~
Nalen yang sedang fokus belajar mendadak kaget ketika darah keluar dari hidungnya dan mengenai bukunya. Ia segera ambil tisu untuk membersihkannya.
'Mimisan lagi' gumamnya
Setelah membersihkan darah niat malem akan ke kamar mandi tapi pergerakannya terhenti ketika merasakan pusing yang sungguh hebat. Ia segera kembali duduk untuk mengurangi rasa pusingnya, lalu merongrong saku untuk mengambil benda pipih
Melihat pernyataan dari dokter itu adalah efek samping dari kemo, hati Nalen seketika lega. Bukan karna penyakitnya yang terus menambah melainkan efek samping yang didapatkan setelah melakukan kemo.
Dengan susah payah Nalen bangkit untuk naik ke atas kasur dan segera mengistirahatkan tubuh nya yang terasa sakit dan pusing.
'Semoga ini mimpi' gumamnya
~~~~
Pagi hari Nalen terbangun berharap semua hal tentang penyakitnya itu hanya mimpi namun sial pagi ini Nalen kembali tersadar bahwa dirinya sudah tidak bisa mengelak lagi. Ia kembali dilanda sesak akibat cuaca dingin dan pikiran yang mempengaruhi emosional nya.
Ia meremat dada dan berusaha meronggoh laci, namun usahanya sisa-sisa, Nalen sama sekali tidak bisa mengambil bahkan untuk sekedar bangun aja rasanya Nalen sungguh tak mampu.Beruntung, pada saat itu a Harry masuk untuk membangunkan dirinya. Saat melihat Nalen yang sudah tidak bisa lagi bernafas dengan normal Harry pun segera mengambil inhealer,
"Pelan-pelan dek, kenapa bisa kambuh? Dari kapan? Kenapa gak ngasih tau aa?" Tanya Harry bertubi-tubi
Setelah nafas kembali normal,
"Maaf a. Ini baru kok karena dingin mungkin. Maaf ya a bikin aa khawatir." Katanya
Harry menghela nafas lega,
"Gak apa-apa. Takutnya udah kambuh dari lama aa gak tau. Lain kali teriak aja ya kalau gak bisa ambil inhealer nya" ujar Harry yang mendapati anggukan dari sang adiknya.
"Yaudah gih mandi, aa anter lagi sekolah" ujarnya
Nalen tersenyum,
"Makasih ya aa"Harry tersenyum dengan tingkah manis adiknya..
'Tolong bahagia lebih lama lagi ya dek. Aa belum siap kalau kamu gak ada.' batinnya Harry
Selamat membaca yaa, Semoga suka🤍🤍
Jangan lupa vote+komen agar bubub makin semangatt updatenya✨✨
KAMU SEDANG MEMBACA
Raga Tanpa Jiwa ✅
Teen FictionNalen sosok pria manis yang berjuang sendiri dikerasnya dunia. Melewati berbagai macam jenis rintangan yang menerpa dirinya, Sampai hal yang mampu membuat dirinya begitu rapuh.