Hari pertama Faiz di Light School 2.0 dengan identitas barunya berjalan cukup lancar. Mengenakan seragam baru dan rambut yang sedikit berbeda, Faiz mencoba berbaur dengan siswa lainnya. Meskipun ia merasa canggung, ia tahu bahwa identitas barunya harus tetap tersembunyi.
Di lapangan sekolah, Zaza sedang berdiri di dekat gerbang, memperhatikan kedatangan Faiz. Dengan senyuman tipis, Zaza menyapa Faiz dengan sedikit humor. "Njir, lo beneran jadi anak baru sekarang. Gimana rasanya?"
Faiz tersenyum, mencoba tetap tenang. "Lumayan aneh sih, Za. Tapi gue harus bertahan. Gimana penampilan gue? Ada yang mencurigakan?"
Zaza mengangguk puas. "Santai aja, lo kelihatan beda kok. Asal jangan ketahuan sama orang lain aja."
Tak butuh waktu lama, Faiz langsung menarik perhatian banyak siswa. Dalam beberapa jam, bisik-bisik tentang "anak baru yang ganteng" mulai terdengar di seluruh sekolah. Faiz merasa sedikit canggung dengan perhatian yang tiba-tiba ini, tapi dia tahu itu bagian dari rencananya.
Di kelas, Faiz duduk di samping Zura, yang langsung memperkenalkan dirinya dengan antusias. "Hai, gue Zura. Lo anak baru ya? Nama lo siapa?"
Faiz tersenyum ramah. "Iya, nama gue Faiz. Baru pindah ke sini."
Zura terlihat penasaran. "Asal dari mana, Faiz? Dan kok bisa pindah ke sini?"
Faiz mengatur cerita yang sudah disiapkan. "Gue pindah dari luar kota. Orang tua gue pindah kerja, jadi gue ikut."
Zura mengangguk. "Wah, selamat datang di Light School 2.0. Semoga betah di sini. Eh, lo punya Instagram gak?"
Faiz mengangguk. "Punya sih, tapi baru bikin. Follow gue aja, @fhleocz"
Zura langsung membuka ponselnya dan follow Faiz. "Done! Wah, gue yang pertama nih!"
Tak lama kemudian, berita tentang akun Instagram Faiz menyebar cepat. Dalam waktu singkat, follower-nya meningkat pesat. Dalam dua hari, jumlah follower-nya mencapai 100k. Faiz tidak menyangka akan mendapatkan begitu banyak perhatian dalam waktu singkat.
Di kantin, beberapa siswa mulai mengerumuni Faiz, mencoba mengenalnya lebih dekat. Seorang siswa bernama Kevin menghampiri dengan antusias. "Bro, lo beneran anak baru? Ganteng amat! Followers lo juga nambah terus!"
Faiz tertawa kecil, merasa sedikit canggung. "Iya, gue baru pindah. Gak nyangka sih bisa jadi pusat perhatian."
Kevin tersenyum. "Santai aja, bro. Kita di sini welcome sama anak baru. Nanti kita main bareng yuk!"
Faiz mengangguk. "Oke, gue siap. Thanks, Kev."
Sementara itu, Zaza mengamati dari kejauhan, merasa sedikit khawatir dengan perhatian yang didapat Faiz. Tapi dia tahu Faiz harus beradaptasi dengan identitas barunya.
Di tempat lain, Shenan yang masih dalam botol merasa gelisah. Meskipun dia tidak bisa melihat apa yang terjadi di luar, dia bisa merasakan bahwa sesuatu sedang terjadi. "Gue gak bakal diem aja. Gue harus cari cara keluar dari sini," pikir Shenan dalam hati.
Malam harinya, Faiz dan Zaza bertemu di tempat rahasia mereka di taman sekolah. Zaza berbicara dengan nada serius. "Faiz, lo harus hati-hati. Lo sekarang jadi pusat perhatian. Jangan sampai identitas lo terbongkar."
Faiz mengangguk setuju. "Gue ngerti, Za. Gue bakal hati-hati. Tapi kita harus terus pantau Shenan. Gue yakin dia gak bakal diem aja."
Zaza tersenyum tipis. "Tenang aja, kita udah berhasil sejauh ini. Kita bisa atasi apapun yang datang."
Follower Instagramnya terus bertambah, dan dia mulai dikenal sebagai sosok yang populer di sekolah. Namun, Faiz tahu bahwa di balik popularitasnya, ada misi besar yang harus diselesaikan. Dengan begitu, Faiz melanjutkan perannya sebagai anak baru yang misterius di Light School 2.0, sementara Shenan terus mencari cara untuk keluar dari botolnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Light Detective
Teen FictionDi Light School 2.0, Fay adalah anak SMA yang bukan hanya jenius, tapi juga punya cara berpikir yang bikin banyak orang geleng-geleng kepala. Dengan IQ setinggi langit dan ketertarikan yang mendalam terhadap teori-teori sains dan sosial, dia udah te...