Perhatian!
Vote 75?
Komentar 10?Happy Reading🥀
Sekarang Sandrina berada di rooftop menikmati angin mulai menyergap tubuhnya.
Terdengar suara langkah kaki mendekati Sandrina.
"Pantesan aku cariin kamu ke kelas gak ada. Ternyata disini" Celetuk Haidar
" Kita kenal?" Tanyanya sambil menolehkan wajahnya ke arah Haidar
" Makanya kita kenalan dulu.. Aku Haidar." Ujarnya dengan tangannya mengulurkan tepat dihadapan Sandrina.
Sandrina hanya terdiam dan menatapnya datar.
Mendapati respon yang kurang baik, dengan inisiatif tangan kanannya meraih tangan Sandrina. Lantas mengecup punggung tangannya lembut.
" Mungkin kita akan sering bertemu 여보~" Ucap Haidar dengan bernada
Mendengar ucapan asing ditelinganya, beberapa kali mata Sandrina mengerjap pelan. " Hah?" Bingung Sandrina
Haidar melihat Sandrina yang begitu mengggemaskan. Ingin sekali memeluknya erat. Tapi Ia tahan.
" Aku bakalan kasih tau, asalkan kita temenan." Tawar Haidar sambil tangannya meremas pelan tangan Sandrina.
" Gak mau." Tolaknya sembari menghempaskan tangannya kasar
Saat Sandrina ingin pergi, lengannya ditarik dan
Bruk
Keduanya saling menempel, sementara tangan Kiri Haidar memeluk erat pinggangnya. Dan tangan sebelah lagi menahan tengkuk leher Sandrina.
Wajah mereka semakin mendekat, dengan bernada. " 그러니까 너 좋아해 여보~" Bisik Haidar dekat dibibir Sandrina
Bukannya memberi tahu arti bahasa asing yang awal, malah mendengar berbicara aneh lagi. Dengan kesal Sandrina menjambak rambut Haidar keras, " Kalau bicara itu yang benar!"
" Aku sudah benar kok! Kamu nya aja yang gak tau.." Balas Haidar tersenyum smirk
Melihat ekspresi menyebalkan, sontak Sandrina melepaskan jambakannya dan berniat pergi dari sana.
" 여보~"
Haidar mengikuti langkah Sandrina dari belakang.
Terlihat didepan pintu ada sesosok pria tampan yang Sandrina kenal. Siapa lagi kalau bukan Diksa.
Sandrina yang sudah dibatas puncak ke kesalan-nya. Dia hanya melewatinya, tanpa melirik ke arahnya.
Baru saja Sandrina melangkah, lengannya ditahan oleh Diksa.
" Lepas." Ucap datar Sandrina sambil menepis tangan Diksa
Diksa menghiraukan omongan Sandrina."Karna bolos, berarti lo harus siap dihukum." Sahut Diksa menatap datar Sandrina
" Emang lo siapa? Sampai berani nge-hukum gue?" Tanya Sandrina sambil tertawa sarkastik
" Gue ketua osis." Balas singkat Diksa Kembali menarik lengan Sandrina dan berjalan menuju yang dituju.
Tangan sebelah Sandrina lagi ditahan oleh Haidar, " Gue juga ikut dihukum."
" Yaudah jalan."
" Gue tau.. Tapi gak usah pegang cewek gue bego!" Ujar kasar Haidar sembari menepis kasar tangan Diksa
Mendengar itu, Diksa hanya tersenyum miring. " Halu lo ketinggian." Ledeknya
Melihat mereka sebentar lagi akan berantem, "Cepetan, katanya mau dihukum." Timpal Sandrina berjalan mendahului mereka.
Mereka pun menyusul Sandrina
***
Perpustakaan
" Beresin semua buku berantakan, tata kembali dengan rapi." Perintah Diksa
'Sabar... Bentar lagi dia mati.'
Sandrina mengambil kemoceng, menepuk nepuk buku yang berjejer diatas raknya.
Haidar yang tak membiarkan kesayangannya membereskan perpustakaan seorang diri. Dia juga merapikan buku berantakan diatas meja terus disimpannya rapi dirak sesuai tempatnya.
Tampak raut wajah Diksa merengut seakan tak suka Haidar membantu Sandrina. Padahalkan niat dia supaya Sandrina bisa berduaan bersamanua diperpustakaan bukan malah seperti ini.
" Lebih baik Haidar kamu langsung ke kelas aja. Ini bagian Sandrina yang membereskan."
Haidar meledeknya, " Gak mau tuh~ kan gue dan kesayangan sama sama bolos. Jadi kita akan membereskan ini secara bersama sama. Bukan begitu 여보?" Haidar menoleh ke arah Sandrina
Sandrina mengabaikan omongan Haidar dan terus membersihkan perpustakaan tersebut.
Diksa tersenyum miring, " Syukurin."
Bersambungಥ_ಥ

KAMU SEDANG MEMBACA
Ambivert Girl
FantasiWARNING! SEBELUM MEMBACA MARI VOTE+KOMEN DULU!! GRATIS!! Terkadang mempunyai wajah datar disertai mata sayu, itu tidak menyenangkan. Sebab mereka selalu menggosipi buruk yang tak sesuai faktanya. Dan anehnya mereka tidak melabrak Zia, mungkin mereka...