MALAM MENCEKAM DI BUMI MIMPI

289 26 2
                                    

"Mas.. tolong aku.. Mas Bima.. tolong.. huhuhuhu"Jerit Sedayu merobek sunyinya malam. Sementara Bima masih terus mencari keberadaan sang istri. Diterabasnya semak-semak berduri di hutan itu. Larinya tak henti meski tubuhnya terkoyak sana sini. Sesekali ia terperosok, lututnya terbentur bebatuan.

Namun hal itu tak dihiraukan. Satu-satunya hal penting bagi Bima adalah mengetahui kondisi dan keberadaan Sedayu.

"Sedayu... Nimas Ayu ku.. kamu di mana?" Teriak Bima bertanya.

"Mas Bima.. (terisak) huhuhu... aku di sini.. tolong aku mas.."

Kembali Bima berlari. Mengejar ke arah suara istrinya berada. Matanya semakin awas.

Perlahan ia melihat ada sebuah cahaya di ujung sana. Ketika semakin dekat, ia merasa tak asing dengan rumah itu. Iya, rumah si perempuan misterius. Sesampainya di sana, Bima kembali berteriak mencari kabar.

"Nimas Ayu.. di mana kamu? Bagaimana kondisimu saat ini?" Teriaknya menerbangkan gagak-gagak hitam di pepohonan sekitar. Tak seberapa lama, tiba-tiba..

"Kriiieeeeeekkk" Terdengar suara pintu terbuka.

Tipis angin berhembus meraba kulit tubuh yang terluka. Sesosok perempuan berparas menawan keluar dari dalam rumah itu. Lolong anjing malam dan jerit kedasih bersahutan menyambut kedatangannya. Sosok itu sudah tidak asing bagi Bima. Secara perlahan ia berjalan hingga berada tepat di hadapan Bima. Seketika suasana jadi hening. Seolah mempersilahkan sosok yang akan berbicara itu.

"Selamat datang kembali Kangmas.. bagaimana kabarmu? Sehat-sehat saja bukan?" sambutnya dengan senyum manis menyeringai.

Tubuh Bima seketika mematung. Benar-benar tak bisa digerakkan barang menoleh saja. Sebisa mungkin ia berusaha tenang dan mengatur nafasnya supaya tidak terjebak dalam kepanikan. Lalu perempuan itu kembali melanjutkan pertanyaannya kepada lelaki yang sudah lama ia nanti kedatangannya.

"Ada keperluan apa kangmas sampai datang kemari? Apakah kangmas merindukanku? Atau kangmas rindu menikmati lekuk tubuh ini? Sudah cukup lama sejak terakhir kali kangmas datang kemari." Tanyanya menggoda seraya mengelilingi Bima.

"Sedayu.. kamu tahu di mana Sedayu istriku berada?" Tanya Bima yang masih berusaha lepas dari jerat ketidakberdayaan.

Langkah perempuan itu terhenti. Wajahnya seketika memerah. Matanya membulat penuh amarah.Nafasnya terhitung lebih cepat saat ini. Hingga akhirnya ia sampai pada puncakkesabarannya.

"Sedayu istr..."

"Diam kamu." Perempuan itu memotong.

"Berhenti membicarakan perempuan itu di depanku. Sudah aku peringatkan berulang kali supaya kamu tak lagi mengejarnya. Terakhir kali setelah kamu menikmati tubuh ini, kamu bahkan berjanji untuk menjadikanku sebagai satu-satunya di hidupmu. Tapi apa yang terjadi? Tak lama setelah itu, kamu justru mempersuntingnya. Menjadikan dia sebagai istrimu." Perempuan itu meledak-ledak kemudian membalikkan badannya dari hadapan Bima.

Bima benar-benar belum bisa memahami situasi yang terjadi. Nyata dan tidaknya terasa bercampur aduk. Ia mengira hubungannya dengan perempuan itu hanyalah bunga tidur.

Hanya mimpi yang kebetulan berkelanjutan. Tapi jika memang yang terjadi saat ini hanyalah mimpi, rasa sakit di sekujur tubuh Bima mengatakan hal lain. Luka-luka yang menganga akibat sayatan semak dan dedurian tampak begitu nyata dan terasa. Tak ingin berputar dengan ketidak pastian, Bima merasa lebih baik jika hal itu ia sampaikan. Dan di tengah ketegangan itu, perlahan bima menanyakan kebingungannya.

"Jujur.. sampai saat ini saya belum memahami segala sesuatunya. Apakah semua yang kita alami ini memang benar terjadi? Atau hanya mimpi? Jika benar terjadi, mengapa kamu tidak pernah muncul selain di hutan ini? Mengapa..."

Lelaki Pelawan TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang