8. Serpihan ingatan🦋

163 25 3
                                    

HAPPY READING

"Sungguh! Kalung ini untuk Ufan?"

"Yeyyy! Terima kasih kakak! Ufan, sayang kakak!"

"Adek jangan nangis yah... Kak Ufan kan ada disni. Sini biar kakak gendong."

"Mereka adik baru kita? Waaahh!! Lucu sekali! Kembar lagi! Kayak, kakak, Ufan dan adek!"

"Bunaa! Nama untuk adik baru, siapa?"

"Ohh... Ufan akan panggil adik baru, Ze dan Cecep! Hahah... "

"Bunaa... Adik yg di dalam perut buna, kapan keluar? Ufan ngk sabar punya adik baru lagi... "

"Waahh!! Sungguh! Adik baru kembar lagi?!"

°
°
°

Sang surya akhirnya terbit, menggantikan sang rembulan untuk menyinari bumi. Sinar nya menembus masuk melalui jendela kamar yang bernuansa biru. Menyinari wajah sang pemilik kamar.

"nghh..." lenguh sang pemilik kamar. Mata nya tiba tiba saja terbuka dan menunjukkan manik safir nya yang indah itu bergetar.

Ia pun bangun dan langsung memegangi kepala nya. "Mi-Mimpi apa itu... Akhh" Ucap nya, semakin menguatkan pegangan nya pada kepalanya. Kepalanya seakan ingin pecah.

"ka-... Kakak! Kakak tidak apa apa?!" Ucap Gempa yang saat ingin masuk ke dalam kamar sang kakak. Ia langsung masuk dan mendekat pada sang kakak.

"Tidak usah khawatir pada ku... Aku baik baik saja." Ucap Taufan sambil menepis tangan Gempa saat Gempa ingin menyentuh nya.

"Kakak yakin..." Ucap Gempa yang semakin cemas.

"Hmm... Lagian apa yang kau lakukan disini?" Tanya Taufan sambil melihat Gempa dengan tatapan tak mengenakan.

"Aku ingin membangun kan kakak, untuk sarapan bersama yang lain. " Ucap Gempa. Taufan yang mendengar hal itu mengangkat satu alis nya. Ia seperti tak percaya, padahal baru saja semalam ia membentak sang adik. Tapi lihat lah sekarang.

"Ohh... Lain kali tak perlu, aku bukan anak kecil yang harus di bangun kan lagi. Aku bisa bangun sendiri." Ucap Taufan lalu beranjak dari kasur nya.

Baru saja ia turun kan satu kaki nya. Kepala nya kembali pusing. Untung saja ada Gempa yang langsung menangkap Taufan. Kalau tidak, mungkin Taufan sudah mencium lantai kamar nya.

"Kakak... Kakak tidak apa apa?" Ucap Gempa yang cemas melihat Taufan hampir pingsan. Sementara Taufan, ia mencoba mengembalikan kesadaran nya. Rasanya matanya ingin tertutup.

Saat kesadaran nya sudah mulai stabil. Ia langsung melepaskan diri dari Gempa. "Sudah... Aku baik baik saja. Sana pergi, aku ingin mandi dulu." Ucap Taufan tanpa menatap Gempa sedikit pun.

Gempa hanya mengangguk lalu pergi dari sana.

°
°
°

Gempa sekarang berjalan menuju ke meja makan dengan menundukkan kepalanya.

"Bagaimana? Apa dia ingin berbicara pada mu?" Tanya sang kakak sulung, yang sedang duduk di meja makan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 11 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

<BERUBAH?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang