12. Don't lie

1.7K 147 141
                                    

Happy reading ❤️!
don't forget to give me vote and comment biar makin semangat ngelanjutin cerita ini!

thank you!

-0-

Di dalam kelas yang diawali dengan jamkos, Fishi termenung di bangku miliknya. Raga nya setia di sana, namun jiwanya berkelana bebas entah kemana.

Nina yang sedaritadi diam mengamati kelakuan aneh Fishi di pagi hari hanya bisa menerka-nerka tak pasti.

Sedangkan Bayu, dia sedang pergi ke ruang guru untuk mengambil tugas sebagai pengisi waktu jamkos.

"Fi!" panggil Nina.

"Hm?"

"Tumben pagi-pagi gini udah ngelamun. Lagi ada masalah?"

Fishi menghela nafas. "Kelihatannya ini anak bener-bener lagi ada masalah" batin Nina.

"Ngga ada masalah kok. Aku cuma lagi capek aja," ujar Fishi

Nina mencoba menatap lekat manik coklat yang tampak sayu itu, berusaha mencari kebohongan disana.

"Aku ga bohong ih! kemaren aku capek banget ngerjain pr sampai tengah malam," ucap Fishi tak sepenuhnya berbohong.

Nina manggut-manggut. "Makanya kalo ngerjain pr jangan sampai tengah malem, kan masih bisa dilanjutin besok,"

"Dilanjutin di sekolah ya maksud kamu?"

"Nah itu kamu tau,"

Fishi menggelengkan kepala. "Kalo gitu bukan pr dong namanya, tapi ps,"

Nina terkekeh sambil menggaruk tengkuknya. "Ya lagian sih siapa suruh sekolah ngasih tugas? bukannya di rumah disuruh istirahat eh malah dikasih tugas lagi,"

"Wajar aja, kita remaja—"

"Yang dimabuk asmara~" sela Nina sembari menyanyikan sebaris lagu yang tiba-tiba dia ingat.

Ting!

Obrolan keduanya terhenti saat ada notifikasi masuk ke dalam ponsel genggam milik Fishi. Buru-buru gadis itu mengambil hp nya yang berada di dalam saku kemudian mengecek notifikasi yang terpampang di layar.

"Dari Vian..."

Fishi bingung, haruskah dia membalas chat dari pria itu? jujur saja Fishi masih membayangkan tentang kejadian semalam. Bayang-bayang mengerikan tentang Vian terus menghantui pikiran.

Vian anak tante Pia

| dtg ke ruang OSIS

| skrg

"Kenapa ya?"

Ucapan Marva yang mengatakan kalau Vian itu bukanlah orang yang suka menunggu itu benar. Karena takut memancing amarah Vian, Fishi dengan berat hati melangkahkan kaki menuju ruang OSIS.

Setibanya disana, dia langsung mengetuk pintu kayu ber-plakat "Ruang OSIS" itu. Setelah mendapat jawaban, dia memegang knop pintu lalu membukanya secara perlahan, meninggalkan suara derit pintu yang cukup menarik perhatian.

"Ayo akting kalo semuanya masih sama kayak biasa aja. Sebisa mungkin jangan sampai Vian curiga kalo aku ga nyaman di dekat dia!"

Gadis itu langsung disambut dengan pemandangan ruang yang sering dipakai oleh anggota OSIS untuk berdiskusi. Semua masih sama sejak terakhir kali Fishi kesini.  Tampak rapi, bahkan tak ada yang berantakan disini sama sekali!

Dua dunia Satu rasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang