19. Do you remember me?

1K 93 120
                                    

Happy reading ❤️!
don't forget to give me vote and comment biar clou makin semangat ngelanjutin cerita ini!

hope u like n enjoy this chapter, thank you!

-0-

Nina menyenggol bahu Fishi yang sedang menatap kosong ke arah papan tulis. Gadis itu terkikik saat melihat ekspresi Fishi yang benar-benar terkejut. Dia tak menyangka jika Fishi tengah termenung.

"Lo ngapain ngelamun siang-siang gini?" Nina berkata sambil menghapus air mata yang sedikit keluar di ujung matanya.

"Y-yang ngelamun siapa? ga ada tuh," elak Fishi

Nina menaik turunkan alisnya, berniat untuk menggoda Fishi. "Yang bener?"

"I-iya!"

"Udah ah aku mau ke perpus dulu. Bosan banget jamkos gini," Fishi berjalan dengan terburu-buru, meninggalkan Nina yang masih terdiam di tempatnya.

Nina juga tak ada niatan untuk mengikuti Fishi, lebih baik di kesempatan kali ini dia memilih tidur daripada membaca buku di perpustakaan, membosankan.

Sementara tak jauh dari sana mereka tak menyadari jika seseorang telah memperhatikan interaksi keduanya sedari tadi. Sudut bibirnya terangkat membentuk sebuah senyuman tipis, saking tipisnya hanya dia yang menyadari senyuman itu.

"Pfftt! cuma gara-gara yang semalam dia sampai bengong gitu?" dia bergumam.

"Lo selalu lucu, Fishi."

-0-

Di dalam perpustakaan yang penuh dengan keheningan, gadis bersurai hitam dengan sedikit gelombang di ujungnya tengah duduk tenang di salah satu bangku sembari membaca sebuah novel.

Novel bergenre romansa itu menarik perhatian sang gadis lewat sampulnya. Dua jam tanpa pelajaran kali ini akan dia gunakan untuk membaca cerita sebagai penghibur dirinya.

Halaman demi halaman dia balikkan, lama-lama dia makin terhanyut dalam novel tersebut. Novel yang menceritakan kisah percintaan anak SMA yang berakhir duka. Hanya karena keegoisan dari salah satu tokoh, hubungan mereka retak hingga berujung hancur. Dia menolak untuk  memahami dan menerima pasangan nya apa adanya. Dan pada akhirnya dia menyesali sikap egoisnya itu hingga berujung mengakhiri hidupnya di bagian ending. Ugh, penyesalan memang selalu datang di akhir.

Dipikir-pikir keadaan Fishi saat ini cukup mirip bukan? dia menolak untuk menerima fakta jika ke-empat tokoh utama pria memang punya kepribadian yang berbeda dibandingkan dengan orang-orang pada umumnya.

Apa Fishi juga akan menyesal pada akhirnya? entahlah, dia... lebih memilih untuk fokus pada tujuan akhirnya, yaitu kembali ke dunia nyata.

Setelah berkutat beberapa lama dengan novel itu, Fishi perlahan mulai diserang kantuk. Didukung dengan suasana yang sepi serta angin sepoi-sepoi yang berhembus pelan membuat dirinya memilih untuk menidurkan kepalanya di antara lipatan tangan.

Terlalu nyenyak dalam tidurnya, gadis itu bahkan tak sadar jika ada seseorang yang duduk tepat di sampingnya. Pria itu menatap lekat gadis yang tengah terlelap di dekatnya. Dia terpukau akan bulu mata sang gadis yang begitu lentik, kulit putih bersih layaknya porselen, hingga bibir mungilnya yang berwarna merah muda. Semuanya indah.

Dua dunia Satu rasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang