Tafsir AlQuran Surat Al-Bayyinah

505 9 0
                                    

Admin / 28 Mar 2010

TAFSIR SURAT AL-BAYYINAH

Oleh
Ustadz Nur Kholis bin Kurdian Abu Hammam

لَمْ يَكُنِ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ مُنْفَكِّينَ حَتَّى تَأْتِيَهُمُ الْبَيِّنَةُ رَسُولٌ مِنَ اللَّهِ يَتْلُو صُحُفًا مُطَهَّرَةًفِيهَا كُتُبٌ قَيِّمَةٌ

Orang-orang kafir yakni ahli kitab dan orang-orang musyrik (mengatakan bahwa mereka ) tidak akan meninggalkan (agamanya) sebelum datang bukti yang nyata. (yaitu) seorang Rasul dari Allah (Muhammad) yang membacakan lembaran-lembaran yang disucikan (Al Quran), di dalamnya terdapat (isi) Kitab-kitab yang lurus [al-Bayyinah/ 98:1-3]

PENJELASAN AYAT
Ayat di atas menjelaskan bahwa orang-orang kafir baik Yahudi maupun Nasrani dan juga penyembah berhala, (mengatakan bahwa mereka) tidak akan meninggalkan agama mereka sampai datang kepada mereka bukti yang nyata yaitu datangnya Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Kemudian ketika beliau datang dengan membawa al-Qur’an kepada mereka, sebagian mereka ada yang beriman dan meninggalkan agamanya dan ada sebagian lain yang mengikarinya. 

Sebagaimana yang telah disebutkan didalam ayat berikutnya:

وَمَا تَفَرَّقَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلاَّ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَتْهُمُ الْبَيِّنَةُ 

Dan orang-orang yang telah didatangkan al-kitab kepada mereka tidaklah berpecah belah melainkan sesudah datang kepada mereka bukti yang nyata. [al-Bayyinah/98:4]

Sebelum Rasulullah diutus, orang Yahudi maupun Nasrani sepakat menunggu kedatangan beliau (untuk mengikutinya) karena beliau adalah Nabi akhir zaman penutup kenabian.[2] 

Hal ini berdasarkan penjelasan dari kitab-kitab mereka baik Taurat maupun Injil tentang akan diutusnya Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai rasul akhir zaman, akan tetapi ketika beliau datang, mereka pun berpecah belah, ada yang masuk Islam dan ada yang tetap kafir. 

Sebagaimana diriwayatkan oleh Salamah bin Sallâmah bin Waqsy Radhiyallahu anhu. bahwa: dulu kami mempunyai tetangga orang Yahudi dari bani Abdul Asyhal, dia selalu mengatakan kepada kaumnya yang menyembah berhala, tentang adanya hari kiamat, adanya hari kebangkitan manusia dari kuburnya, adanya hari perhitungan amal, dan adanya surga dan neraka. Kemudian mereka berkata kepada si Yahudi,”Celakalah engkau wahai fulan! Apakah itu yang kamu yakini? Kemudian dia menjawab,”Ya, demi Dzat yang aku bersumpah dengan-Nya.” Kemudian si Yahudi tersebut memperingatkan mereka agar mereka menyelamatkan diri dari api neraka pada hari kiamat nanti. Merekapun bertanya,”Celakalah engkau wahai fulan! Apakah tanda-tanda yang menunjukkan datangnya hari kiamat tersebut?” Dia menjawab,”Akan diutus seorang Nabi dari kota ini - dengan menunjuk ke arah Mekah dan Yaman- (ke arah selatan Madinah)”. Mereka bertanya lagi,” Kapan munculnya?” Kemudian si Yahudi tadi melihatku (kata perawi) dan waktu itu aku masih kecil, lalu dia mengatakan,”Jika anak ini besar, maka dia akan menemui masanya”. Perawi berkata,”Demi Allah Azza wa Jalla setelah beberapa tahun kemudian muncullah Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang sekarang ada di sisi kami. Kemudian kami beriman kepadanya, akan tetapi si Yahudi kufur dan mengingkarinya karena dengki dan hasad (karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bukan dari kaumnya). Perawi berkata kepada si Yahudi,”Celakalah engkau wahai fulan! Bukankah ini yang kamu katakan dahulu?” Dia menjawab,”Ya, akan tetapi bukan dia.”[3] 

Begitu juga kisah raja Romawi Heraclius ketika bertanya kepada Abu Sufyan –ketika masih kafir- tentang sifat-sifat Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam , ajaran dan pengikutnya, guna mencocokkan hal tersebut dengan apa-apa yang telah ia dapatkan dari kitab agama Nasrani. Kemudian jika berita tersebut cocok, maka ia akan mengikutinya. Ternyata apa yang disampaikan Abu Sufyan cocok dengan apa yang ia dapatkan. Tetapi ketika datang surat dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang berisi seruan untuk memeluk Islam, dia menolaknya, karena takut kehilangan pamor dan ditinggalkan oleh rakyatnya. Sebagaimana yang telah diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim di dalam Shahîhain.[4] 

Al-Quran : TafsirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang