Admin / 8 Feb 2013
PESAN MORAL DARI KISAH ASHABUL-KAHFI
Oleh
Ustadz Muhammad 'Ashim bin Musthofaوَكَذَٰلِكَ بَعَثْنَاهُمْ لِيَتَسَاءَلُوا بَيْنَهُمْ ۚ قَالَ قَائِلٌ مِنْهُمْ كَمْ لَبِثْتُمْ ۖ قَالُوا لَبِثْنَا يَوْمًا أَوْ بَعْضَ يَوْمٍ ۚ قَالُوا رَبُّكُمْ أَعْلَمُ بِمَا لَبِثْتُمْ فَابْعَثُوا أَحَدَكُمْ بِوَرِقِكُمْ هَٰذِهِ إِلَى الْمَدِينَةِ فَلْيَنْظُرْ أَيُّهَا أَزْكَىٰ طَعَامًا فَلْيَأْتِكُمْ بِرِزْقٍ مِنْهُ وَلْيَتَلَطَّفْ وَلَا يُشْعِرَنَّ بِكُمْ أَحَدًا
Dan demikianlah Kami bangunkan mereka agar mereka saling bertanya di antara mereka sendiri. Berkatalah salah seorang di antara mereka: "Sudah berapa lamakah kamu berada (di sini)". Mereka menjawab: "Kita berada (di sini) sehari atau setengah hari". Berkata (yang lain lagi): "Rabb kamu lebih mengetahui berapa lama kamu berada (di sini). Maka suruhlah salah seorang di antara kamu pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik, maka hendaklah dia membawa makanan itu untukmu, dan hendaklah ia berlaku lemah lembut dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu kepada seorangpun. [al-Kahfi/18:19].
Allah Azza wa Jalla mengabarkan pada ayat yang mulia ini, bahwa Dia membangunkan ash-habul kahfi dari tidur panjang mereka, dalam keadaan fisik, rambut dan kulit yang sehat seperti kondisi semula, tanpa mengalami perubahan sedikit pun. Tujuannya, supaya saling bertanya di antara mereka mengenai berapa lama mereka tidur. Sebagian menjawab, seharian penuh atau beberapa saat saja. Sebagian lain menyerahkan pengetahuan tentang waktu tersebut kepada Allah Azza wa Jalla.[1]
Lebih spesifik lagi Imam ath-Thabari rahimahullah menyebutkan tujuan mereka dibangunkan ialah agar mereka mengetahui betapa agung kekuasaan Allah, keajaiban perbuatan-Nya atas makhluk ciptaan-Nya, pembelaan-Nya terhadap para wali-Nya, dan supaya mereka semakin mengetahui secara jelas kondisi mereka, yakni keberdaan mereka yang benar-benar berlepas diri dari peribadahan kepada berhala, dan mengikhlaskan ibadah hanya kepada Allah semata.[2]
Di sini, Allah Subhanahu wa Ta'ala belum menjelaskan masa yang mereka pertanyakan. Akan tetapi, di ayat berikutnya, Allah Subhanahu wa Ta'ala menerangkan masa tidur mereka selama 300 tahun berdasarkan peredaran matahari, atau 309 tahun berdasarkan peredaran bulan.
Selanjutnya mereka mengalihkan tema pembicaraan pada obyek yang lebih penting. Yaitu, kebutuhan terhadap makanan dan minuman. Maka diutuslah seseorang di antara mereka untuk pergi ke kota yang mereka tinggalkan dengan membawa uang perak yang pada waktu pergi dahulu dibawanya dari rumah[3].
Berkaitan dengan makna azka tha'aman, terdapat dua keterangan dari ulama.
Imam ath-Thabari rahimahullah, Imam Ibnu Katsir rahimahullah dan Syaikh asy-Syinqithi rahimahullah merajihkan bahwa pengertian azka tha'aman adalah makanan halal, tidak mengandung barang haram atau syubhat. Karena inilah perintah dari Allah kepada para rasul dan kaum Mukminin. Sehingga, pilihan yang cocok dengan kondisi para pemuda pilihan lagi bertakwa itu dalam masalah makanan, yakni makanan halal dan yang bersih, baik makanan itu sedikit maupun banyak, sehingga tidak bermakna makanan dengan jumlah yang banyak, seperti dipegangi oleh sebagian orang.[4]
Sedangkan Syaikh as-Sa'di rahimahullah, beliau lebih condong memaknaninya dengan makanan yang paling bagus. Maksudnya, makanan terbaik dan paling lezat. Barangkali pendapatn inilah yang banyak dijadikan sandaran oleh kebanyakan ahli tafsir yang mengatakan bahwa mereka itu merupakan anak-anak raja. Karena itu, ia memerintahkan agar membeli makanan yang paling bagus yang menjadi kebiasaan santapan orang-orang kaya.[5]