02— Sembilan belas tahun kemudian.
Jaemin dengan hati riang berjalan memasuki ruangan tersembunyi di istana Elmswood. Di tangannya penuh dengan bunga yang ia petik di kebun sang Bunda.
Ia melirik keadaan sekitar sebelum menaruh tangannya di tembok batu , yang kemudian tembok itu bergeser menunjukkan sebuah jalan. Ruangan itu sepenuhnya terbuat dari batu yang sangat kokoh, hanya saja terdapat ranjang yang terlihat sangat empuk di sana juga meja belajar kayu dan rak yang terdapat banyak buku.
Pencahayaan hanya dari obor dan sinar matahari yang masuk di sela-sela pentilasi yang sangat kecil.
"Asaa!." Panggil Jaemin namun tidak ada yang menanggapi. Jaemin sudah mau lari memberi tahu sang Ayah sebelum suara benda jatuh menginterupsi.
Dia melihat ke arah kanan, di sana adiknya tengah tiduran di lantai.
"Kenapa tidur di sana?." Tanya dia.
Asahi menatap nyalang Jaemin, "Aku jatuh, bukan sengaja tiduran disini!." Pekiknya kesal.
"Ouhh aku kira kamu tiduran di lantai."
Jaemin melihat kursi yang tergeletak disana.
"Hayoo mau ngapain kamu?."
Asahi merengut kesal, dia tadi naik ke kursi untuk mengintip ke luar lewat pentilasi yang tinggi sekali, eh malah jatuh.
"Ayo bangun, liat aku bawa apa."
"Wah cantik banget bunganya."
Asahi bangun dan mengambil bunga yang diberikan Jaemin, dia duduk di tepi ranjang.
"Bunga nya bunda tumbuh lagi, kamu jangan bilang aku yang petik yah. Nanti kena marah bunda lagi."
Asahi mendadak murung. Dia menaruh bunganya sembarang.
"Aku ingin melihat kebun bunga punya bunda. Aku ingin petik bunganya secara langsung."
"Kata ayah sebentar lagi."
"Sebentar lagi itu kapan!?, Dari dulu selalu bicara seperti itu tapi ayah ngga pernah bebasin aku!."
"Sabar lagi ya sa, kali ini beneran sebentar lagi. Satu tahun lagi?."
"KAK NANA BILANG KAYA GITU KARENA NGGA NGERTI PERASAAN AKU! AKU JUGA INGIN BEBAS SEPERTI KAK NANA!." Teriak asahi marah, mata dia berkaca-kaca.
Jaemin terdiam, sangat prihatin kepada adiknya itu namun ia tidak bisa melakukan apa-apa.
"Aku kesepian, aku ngga tahu dunia luar seperti apa. Dari kecil aku sudah disini."
Jaemin tak tega melihatnya, ingin sekali ia membawa Asahi keluar tapi ayahnya melarang. Dia bilang dunia luar sangat berbahaya untuk Asahi.
Jaemin tidak mau adiknya kenapa-napa, dan yang bisa ia lakukan hanya mengunjungi Asahi setiap hari agar tidak merasa kesepian tapi nyatanya asahi tetap merasa kesepian.
"Teman aku cuma tikus lewat,, aku juga mau punya teman seperti kakak.. "
"Ayah sama Bunda ngga sayang sama Asa..."
Asahi menyembunyikan wajahnya di bantal dan menangis. Jaemin mengusap kepala asahi dengan lembut.
"Justru karena mereka sayang sama kamu, mereka ngelakuin ini."
Asahi malah semakin kencang menangisnya. Jaemin memilih pergi dari pada menenangkan, dia ikut merasa sakit saat Asahi menangis.
Jaemin berlari menghampiri ruangan Ayahnya, dan melupakan sesuatu yang dapat membuat sang Ayah marah besar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marked By Destiny || JAESAHI
Fantasy" You are my sun, my moon and all my star. " ABO BXB Just fanfict