RANIN - BAB 1

28 17 14
                                    

"GOBLOK!"

"Masa cuma segini, Nin? Bapak butuh uang buat beli sabu. Lu jual aja diri Lu ke bang Baron gih biar bapak dapet duit banyak! Sok banget jual mahal lu!"

Suara sang Bapak membuat dada Anin memanas, harusnya Ayah adalah cinta pertama bagi anak perempuannya. Tetapi, mengapa ayahnya malah seperti jelmaan Dajjal begini?

Jangankan cinta, buat lahir jadi anak ini orang aja gue ogah! Lanjut Anin dalam hati

"Bersyukur Pak! Udah bau tanah aja masih mikir seneng-seneng di dunia! Tobat.." Anin gerah sekali, oksigen disekitar rumah kontrakannya ini terasa sesak semenjak ayahnya datang hanya untuk meminta sejumlah uang seperti biasanya.

"Heh! Kurang aja lu ya! Ngatain Gua! Anak Durhaka!" Ayahnya murka, mulai berdiri dari kursinya dan maju menampar pipi Anin. Bunyinya memekakkan telinga, bahkan Anin sampai tidak merasakan apapun dipipinya. Hanya seperti ada cairan kental yang perlahan mulai turun dari sudut bibirnya.

"Kalo engga bisa bahagiain orang tua minimal jadi anak berguna, Nin! Nyusahin Mulu kerjaan lu!"

Setelah berkata begitu, bapaknya pergi meninggalkan Anin sendirian dengan tangan yang menangkup pipinya. Air mata turun dari bola mata kirinya, menggambarkan kekecewaan yang ketara sekali berasal dari dalam dirinya.

Anindya Prastiwi Kaliandra, adalah anak kurang beruntung yang harus hidup ditengah keluarga yang hancur.

Ayahnya suka berjudi, mabuk-mabukan dan gemar sekali bermain perempuan, tapi ia adalah pria miskin. Yang sehari-hari meminta uang pada Anin yang saat ini hanya bekerja serabutan menjadi bodyguard. Ya, bodyguard Annisa Azalea - atau kerap ia panggil Ica - salah satu sahabatnya. Eh, Anin memang hanya memiliki Ica sebagai sahabatnya.

Ibunya pergi ketika Anin masih sangat kecil, katanya akan mencari uang dinegri orang. Tapi, hingga kini ibunya sama sekali tidak pernah kembali atau bahkan hanya sekedar menghubunginya.

Anin benci kedua orangtuanya, karna menurut Anin mereka berdua sangat gagal menjadi orangtua.

Anin sudah merasakan pahitnya mencari uang dari ia SMP, mulai ikut membantu tetangganya yang kebetulan memiliki usaha rumah makan, ikut bantu mencuci piring atau mengantarkan makanan ke pelanggan. Semua itu ia lakukan demi bisa bersekolah.

Kerasnya hidup membuat Anin menjadi pribadi yang liar, ia berdandan seadanya dan tidak pernah mengikuti trend wanita cantik didunia. Wajahnya bersih dari makeup, rambut hitam mengkilapnya selalu ia ikat dan tak pernah ingin ia gerai. Gerah dan ribet katanya. Anin merupakan perokok, ia selalu merokok jika keadaan sedang menghimpit otaknya. Jika Ica bertanya mengapa ia merokok, jawabannya hanya untuk melegakan pikiran yang sama sekali tak ingin ia bagi pada sahabatnya itu.

Anin bersyukur, saat itu bertemu Gara yang tengah ditinggal oleh Ica. Pria dingin itu memungutnya dan memberikan pekerjaan juga perlindungan untuknya, hanya demi sebuah tugas yaitu menjaga Ica. Sungguh beruntung kan wanita bernama Ica itu? Dicintai oleh lelaki seperti Anggara Wiratama, seorang pebisnis terkenal dari keluarga Wiratama yang mana belakangan ini sedang marak diperbincangkan. Karna mereka membuka kembali identitas mereka yang selama ini ditutupi.

Kembali pada Anin, saat ini perempuan  usia 24 tahun itu tengah menghapus jejak airmata yang turun. Anin bukan perempuan sekuat itu,  semandiri apapun dirinya bisa merasakan rapuh juga. Seperti saat ini misalnya.

Beruntung ia sempat menarik tunai uang seratus ribu sebanyak 2 lembar sebelum ia pulang tadi. Karna semua uangnya ia simpan di ATM yang tidak pernah diketahui oleh ayahnya.

Hidup seorang diri tanpa saudara membuat Anin mau tak mau harus terus berhemat. Uang dari Gara justru lebih dari cukup untuk menikmati hidup dan foya-foya, tetapi Anin ingin menabung dan mewujudkan cita-citanya untuk pergi dari kota ini. Kota dimana semua kesialannya dimulai.

RANIN #BagiandariRASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang